Timbal atau Pb merupakan
logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik
leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada tekanan atmosfer. Senyawa
Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang
penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin
dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C. Karena daya
penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya
penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung
memekatkan kadar Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan
terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa
kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator (Anonim, 2008).
Pb dalam
batuan berada pada struktur silikat yang menggantikan unsur kalsium/Ca, dan
baru dapat diserap oleh tumbuhan ketika Pb dalam mineral utama terpisah oleh
proses pelapukan. Pb di dalam tanah mempunyai kecenderungan terikat oleh bahan
organik dan sering terkonsentrasi pada bagian atas tanah karena menyatu dengan
tumbuhan, dan kemudian terakumulasi sebagai hasil pelapukan di dalam lapisan
humus. Diperkirakan 95% Pb dalam sedimen (nonorganik dan organik) dibawa oleh
air sungai menuju samudera. Pb relatif dapat melarut dalam air dengan pH < 5
dimana air yang bersentuhan dengan timah hitam dalam suatu periode waktu dapat
mengandung > 1 μg Pb/dm3; sedangkan batas kandungan dalam air minum adalah
50 μg Pb/dm3 (Herman, 2006).
Pembakaran
Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor merupakan
bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Berdasarkan estimasi sekitar
80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin, tidak sama antara
satu tempat dengan tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan
bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi kandungan Pb pada bensin. Penambangan dan peleburan
batuan di beberapa wilayah sering menimbulkan masalah pencemaran. Tingkat
kontaminasi Pb di udara dan air sekitar wilayah tersebut tergantung pada jumlah
Pb yang diemisikan, tinggi cerobong pembakaran limbah, topografi dan kondisi
lokal lainnya. Peleburan Pb sekunder, penyulingan, industri senyawa dan
barang-barang yang mengandung Pb, dan insinerator juga dapat menambah emisi Pb
ke lingkungan. Kegiatan berbagai industri yang terutama menghasilkan besi dan
baja, peleburan tembaga dan pembakaran batubara, harus dipandang sebagai sumber
yang dapat menambah emisi Pb ke udara. Penggunaan pipa air yang mengandung Pb
dirumah tangga terutama pada daerah yang kesadahan airnya rendah (lunak) dapat
menjadi sumber pemajanan Pb pada manusia. Demikian juga didaerah dengan banyak
rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb dapat menjadi sumber
pemajanan Pb (Anonim, 2008).
Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan
kemudian disimpan dalam darah. Bentuk Kimia Pb merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil
Pb segera dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb
organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan
merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau
tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari
jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira
30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran
pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran
partikel-partikelnya. Di dalam tubuh Pb dapat menyebabkan keracunan akut maupun
keracunan kronik (Santi, 2001).
Jumlah Pb minimal di dalam darah yang dapat menyebabkan keracunan berkisar
antara 60-100 mikro gram per 100 ml darah. Pada keracunan akut biasanya terjadi karena masuknya
senyawa timbal yang larut dalam asam atau menghirup uap Pb tersebut.
Gejala-gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan
fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal bahkan kematian dapat terjadi dalam
1-2 hari. Kelainan
fungsi otak terjadi karena Pb ini secara kompetitif menggantikan
mineral-mineral utama seperti seng, tembaga, dan besi dalam mengatur fungsi
mental kita. Keracunan timbal kronik menimbulkan gejala seperti depresi, sakit
kepala, sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat menurun, sulit tidur,
halusinasi dan kelemahan otot. Susunan saraf pusat merupakan organ sasaran
utama timbal. Menurut penelitian dr M. Erikson menunjukkan bahwa wanita hamil
yang memiliki kadar timbal tinggi dalam darahnya ternyata 90 % dari simpanan
timbal pada tubuhnya dialirkan kepada janin melalui plasenta, dimana keracunan
pada janin mempengaruhi intelektual dan tingkah laku anak di kemudian hari
(Santi, 2001). Menurut Sudarmaji, dkk., (2006),
paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ seperti gangguan neurologi, gangguan fungsi ginjal, gangguan
sistem reproduksi, gangguan sistem hemopoitik dan gangguan sistem syaraf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar