Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas
adalah sesuatu yang keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang yang
dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob atau bakteri
yang hidup dalam kondisi kedap udara. Biogas mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah atau LPG untuk
memasak dan untuk penerangan.
Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah yang berasal dari
bahan organik contoh bahan organik tersebut adalah kotoran dan urine ternak,
limbah pertanian sayuran, limbah industri tahu, ikan pindang dan brem juga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk memproduksi biogas.
Berdasarkan bahan baku yang diperlukan dan teknik pembuatannya maka
instalasi biogas dapat dibuat dimanapun, artinya biogas dapat dihasilkan
dimanapun juga. Instalasi biogas dapat dibuat dalam bentuk yang sederhana dan
murah, ataupun dalam bentuk yangmenengah sampai skala besar untuk kepentingan
beberapa rumah secara bersama.
Orang yang pertama mengkaitkan gas bakar ini dengan proses
pembusukan adalah Alessandro Volta pada tahun 1776, kemudian pada tahun 1806,
Willlam Henry dapat mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut
sebagai metan. Becham pada tahun 1868 salah satu murid Louis Pasteur dan
Tappeiner pada tahun 1882 memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan
metan (Rahman, 2005).
Alat pencerna aerobik atau disebut digester pertamakali dibangun
pada tahun 1900. Pada tahun 1950 pemakaian biogas di Eropa mulai ditinggalkan,
karena BBM semakin murah dan mudah untuk memperolehnya. Demikian juga di
Negara-negara berkembang. Namun, saat ini dengan semakin meningkatnya harga
minyakdunia dan kekhawatiran akan habisnya cadangan minyak, maka hamper semua
Negara kembali melakukan upaya pencarian sumber energi alternative dan salah
satunya adalah biogas.
Di Indonesia, pengembangan biogas menjadi penting dan mendapat perhatian
dari pemerintah dan masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah
dalam mengurangi / memangkas subsidi BBM. Dampak selanjutnya adalah masyarakat
memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber energi alternatif. Penebangan hutan
menjadi tidak terkontrol, sehingga mengancam kelestarian tanaman, mengakibatkan
banjir dan tanah longsor, serta menipisnya cadangan air. Oleh karena itu dinas
/ instansi terkait perlu mendukung program pengembangan biogas di wilayahnya.
MANFAAT BIOGAS
Produk utama
dari instalsi biogas adalah gas metan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
kehidupan masyarakat. Manfaat biogas yang tidak secara langsung adalah menjaga
kelestarian lingkunagn hidup dan konservasi sumberdaya alam, dll. Secara lebih
rinci manfaat penggunaan biogas adalah sebagai berikut :
1.
Manfaat Langsung :
Ø Sebagai sumber energi untuk memasak
Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalasi
biogas dapat digunakan sebagai sumber energi untuk memesak. Untuk biogas yang
menggunakan bahan baku kotoran sapi dari 3-4 ekor mampu menghasilkan biogas
setara dengan 3 liter minyak tanah per hari, dan diperkirakan mampu untuk
memenuhi energi memasak satu rumah tangga dengan 5 orang anggota keluarga.
Ø Sebagai sumber energi untuk penerangan
Biogas sebagai sumber energi untuk penerangan dengan
cara yang sama seperti pemanfaatan untuk memasak, artinya kompor sebagai titik
akhir penggunaan biogas diganti dengan lampu. Lampu yang digunakan adalah lampu
yang dirancang khusus atau lampu petromaks yang dimodifikasi. Pengalaman di
lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan biogas untuk memasak sekaligus sebagai
sumber penerangan, biasanya dilakukan bila jumlah sapi paling sedikit 6 ekor
dengan model digester permanen bata
kapasitasnya 9 M3 (Muryanto, 2006).
Ø Penghasil pupuk organik siap pakai.
Manfaat lain dari penerapan biogas adalah dapat
menyediakan pupuk organik siap pakai dalan jumlah banyak sesuai dengan
kapasitas digester yang dibangun dan bahan baku yang digunakan. Kotoran ternak
yang telah diproses dalam digester biogas dapat langsung digunakan sebagai
pupuk organik, dan kaya akan kandungan unsur Nitrogen (N). Bahan baku biogas seperti kotoran ternak
merupakan bahan organik yang mempunyai kandungan Nitrogen (N) tinggi di samping
unsur C, H, dan O. Selama proses pembuatan biogas, unsur C, H, dan O akan
membentuk CH4 dan CO2, dan kandungan N yang ada masih tetap bertahan dalam sisa
bahan, yang akhirnya akan menjadi sumber N bagi pupuk organik. (Suriawiria,
2005).
2.
Manfaat Tidak Langsung
Ø Mengurangi Efek Gas Rumah Kaca
Penerapan biogas dapat membantu
pengembangan system pertanian dengan mendaur ulang kotoran hewan untuk
memproduksi biogas dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik dengan mutu
yang baik. Penerapan biogas dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang
dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian
dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara
terbuka melainkan difermentasi menjadi energi biogas. Gas metan termasuk gas rumah kaca (green house gas), bersama dengan gas
karbondioksida (CO2) memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya
fenomena pemanasan global. Pengurangan
gas metan secara lokal dengan mengembangkan biogas dapat berperan
positif dalam upaya penyelesaian masalah global efek rumah kaca, sehingga upaya
ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program Internasional Mekanisme
Pembangunan Bersih (Clean Development
Mechanism).
Ø Membantu Program Pelestarian Hutan, Tanah dan Air.
Meningkatnya harga BBM khususnya minyak tanah, akan mendorong masyarakat untuk
mencari alternative bahan bakar murah, salah satunya adalah kayu bakar. Hal ini
sangat mungkin terjadi di masyarakat yang berdomisili di sekitar kawasan hutan
dan perkebunan. Oleh karena itu, dengan menerapkan biogas sebagai sumber energi
di suatu wilayah, maka penebangan pohon yang digunakan sebagai sumber energi
oleh sebagian masyarakat dapat dikurangi, bahkan dihilangkan. Dengan kata lain,
bahwa pengembangan biogas di suatu wilayah,secara tidak langsung dapat
mendukung upaya pelestarian hutan atau perkebunan di wilayah tersebut.
Ø Mengurangi Polusi Bau
Pengembangan biogas mempunyai sifat ramah lingkungan,
disini mengandung pengertian,bahwa penerapan biogas dapat menghilangkan bau
yang tidak sedap. Sebagai contoh, kotoran sapi yang awalnya mempunyai bau yang
tidak sedap, setelah dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas, makahasil akhir
dari proses tersebut merupakan pupuk organik yang tidak berbau. Demikian pula
untuk daerah yang banyak terdapat industri pemrosesan makanan, misalnya tahu,
tempe dan ikan pindang akan menghasilkan
limbah yang menyebabkan polusi bau yang mencemari leingkungan. Dengan penerapan
biogas di daerah tersebut, maka limbah yang dihasilkan akan tidak mencemari
lingkungan lagi, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai energi yang dapat
dimanfaaatkan sebagai sumber panas untuk memasak dan penerangan.
Ø Meningkatkan sanitasi lingkungan dan
keindahan.
Kotoran ternak dan limbah organik lainnya apabila
tidak dikelola dengan baik dan berserakan dimana-mana, maka akan dapat
mengganggu keindahan dan berdampak negative terhadap kesehatan masyarakat di
sekitarnya. Disamping itu, terdapat kemungkinan bahwa kotoran ternak banyak
mengandung bakteri Colly yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungannya. Dengan penerapan biogas, dampak negatif tersebut dapat dikurangi
atau dihilangkan.
Ø Meningkatkan Pendapatan Usaha Ternak.
Pengembangan biogas dapat memberi peluang untuk menambah pendapatan dari hasil
penjualan pupuk kompos hasil dari limbah unit biogas. Selain pendapatan dari
pupuk organik, maka penerapan biogas menghasilkan gas metan yang mempunyai nilai
ekonomis. Jika seorang peternak memelihara 3 ekor sapi perah, maka akan
dihasilkan biogas setara dengan 3 liter minyak tanah sehari. Hal itu berarti peternak dapat
memperoleh tambahan pendapatan dari penghematan penggunaan minyak tanah sebesar
3 liter per hari.
Ø Mendukung kebijakan Pemerintah mengurangi Subsidi BBM
Penerapan biogas dalam suatu kawasan, dapat mendukung
kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Dengan penggunaan biogas,
maka kebutuan masyarakat akan minyak tanah akan berkurang,hal ini akan
mengurangi beban pemerintah untuk mensubsidi BBM.
PROSES TERBENTUKNYA GAS
Secara umum proses terbentuknya biogas adalah melalui proses
degradasi limbah, baik limbah pertanian, kotoran hewan, maupun campurannya yang
dicampur dengan air dan ditempatkan dalam ruang tertutup atau dalam kondisi
anaerob/kedap udara. Keadaan anaerob ini dapat terjadi secara alamiah atau
buatan. Misalnya yang terjadi secara alamiah adalah yang ada di perut binatang
atau manusia, dan yang terjadi secara buatan adalah proses degradasi yang
terjadi di dalam bak pencerna (digester) dengan bahan baku limbah organik.
Kondisi anaerob dalam bak pencerna ini kemudian berkembang menjadi bermacam-macam
bentuk dan bahan yang digunakan.
Biogas merupakan campuran dari
berbagai jenis gas dan gas metan merupakan kandungan terbanyak. Nilai kalor
metana murni (100%) adalah 8.900 kkal/m3. Pembuatan biogas dengan kotoran sapi,
nilai kalori yang dihasilkan antara 4.800 – 6700 kkal/m3, yang akan
menghasilkan biogas dengan komposisi 54 – 70% metana, 27-45% karbondioksida,
0,5 – 3,0% nitrogen, 0,1% karbonmonoksida, 0,1 % oksigen dan sedikit sekali
hydrogen sulfida, amoniak dan nitrogen oksida (Harahap dan Ginting, 1984).
Secara garis besar reaksi kimia proses dekomposisi anaerob pada
proses pembentukan biogas dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1.
Tahap pelarutan bahan-bahan
organik, pada tahap ini bahan padat yang mudah larut atau yang sukar larut akan
berubah menjadi senyawa organik yang larut.
2.
Tahap asidifikasi atau
pengasaman, merupakan tahap terbentuknya asam-asam organik dan pertumbuhan atau
perkembangan sel bakteri.
3.
Tahap metanogenik, merupakan
tahap dominasi perkembangan sel mikroorganisme dengan spesies tertentu yang
menghasilkan gas metan.
Nilai kalori
dari 1 meter kubik biogas adalah + 6.000 watt/ jam yang setara dengan ½ liter
minyak diesel, minyak diesel akan mengeluarkan asap yang mencemari lingkungan,
sedangkan pemanfaatan biogas tidak mengeluarkan asap.
Agar proses terbentuknya biogas berjalan sesuai
dengan yang diharapkan,maka diperlukan persyaratan-persyaratan
tertentu,diantaranya :
1.
Kandungan unsur C (karbon) dan
N (Nitrogen) yang dikenal dengan C/N rasio.
Perubahan senyawa organik dari sampah/limbah atau kotoran hewan
menjadi CH4(gas metan) dan CO2 (gas karbondioksida) memerlukan persyaratan C/N
rasio antara 20 – 25. Apabila kita hanya menggunakan bahan organik berupa
jerami, maka hanya akan terbentuk C/N rasio di atas 65, sehingga biogasnya akan
mempunyai nilai bakar yang rendah atau kurang memenuhi syarat sebagai bahan
energi. Lain halnya apabila bahan yang digunakan adalah kotoran ternak,
misalnya kotoran kambing, maka akan menghasilkan C/N rasio sekitar 8, dan hal ini mungkin akan
terlalu tinggi nilai bakarnya, sehingga mungkin akan membahayakan pengguna,
sehingga penerapannya harus ditambah dengan bahan lain sehingga C/N rasionya
optimal. Beberapa hasil penelitian menginformasikan bahwa C/N rasio paling baik
untuk pembentukan biogas adalah 30. Untuk sampah C/N rasionya adalah 12 ,
kotoran kuda dan babi adalah 25,sedangkan kotoran sapi dan kerbau adalah 18.
Rasio C/N adalah
perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N) dalam suatu bahan. Semua
makhluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan karbon (C) serta nitrogen (N)
dalam jumlah kecil. Sampah dapur organik yang tercmpur mempunyai rata-rata
kandungan C/N rasio sekitar 15 : 1, sehingga perlu adanya penambahan unsur C
agar mencapai atau mendekati perbandingan rasio C/N 25 : 1 sampai 30 : 1. Kisaran rasio ini merupakan nilai
perbandingan terbaik, sehingga bakteri dapat bekerja sangat cepat. Tabel berikut menjelaskan
perbandingan C/N rasio dari beberapa jenis bahan :
Nama
Bahan Organik
|
Rasio
C/N
|
Nama
Bahan Organik
|
RasioC/N
|
Urine
Darah
Buangan pemot.
Hewan
Tinja
Lumpur aktif
Sampah sayuran
Sampah dapur
campur
Pupuk hijau
Ganggang laut
Kulit kentang
Jerami gandum
Jerami padi
Jerami jagung
Serbuk gergaji
Kertas Koran
Kayu
Kertas
Daun daunan segar
Daun daunan
kering
|
0.8:1
3
: 1
2
: 1
6
: 1 – 10 : 1
6
: 1
12
: 1 – 20 : 1
15
: 1
14
: 1
19
: 1
25
: 1
40
: 1 – 125 : 1
50
: 1 – 70 : 1
100
: 1
500
: 1
50
: 1 – 60 : 1
200:1
– 400:1
150
: 1 – 200:1
10
: 1 – 40 : 1
50
: 1 – 60 : 1
|
Daun Tephrosia
Kulit kopi
Batang pohon
pangkasan
Pangkasan teh
Bungkil biji
kapuk
Bungkil kacang
tanah
Kotoran sapi
Kotoran ayam
Kotoran kuda
Cemara, buah/jarum
Kopi bubuk, endapan
Apel / buah
Kulit kayu
Sampah buah-buahan
Rumput-rumputan segar
Jagung, bonggol
Kacang-kacangan
Daun dadap muda
|
11
: 1
15:1
– 20:1
15:1
– 60:1
15:1
– 60:1
10:1
– 12:1
7:1
20:1
10:1
25:1
60:1
– 110:1
20:1
21:1
100:1
– 130:1
35:1
12:1
– 25:1
60:1
15:1
11:1
|
Nilai rasioC/N
ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi kinerja bakteri.
2.
Kandungan air
Bahan baku yang paling baik untuk menghasilkan biogas
adalah bahan yang mengandung 7- 9 % bahan kering (BK). Prosentase bahan kering
ini apabila digunakan sebagai acuan oleh petani akan menyebabkan kesulitan,
karena sulit perhitungannya. Oleh karena nilai kandungan BK yang berbeda-beda,
maka penambahan air untuk mengencerkan kotoran ternak juga berbeda pula, hal
ini dilakukan agar diperoleh kandunganbahan kering yang optimal antara 7 – 9 %.
Untuk mempermudah pelaksanaan di lapangan, khususnya untuk kotoran ruminansia,
maka digunakan perbandingan rata-rata antara bobot kotoran dan air yang
digunakan adalah 1 : 1.
No.
|
Ternak
|
Bobot
(kg)
|
Bobot
Kotoran Basah (kg)
|
Bahan
Kering
(
% )
|
1.
2.
3.
4.
|
Sapi pedaging
Sapi perah
Babi
Domba
|
520
640
90
40
|
29
50
7
2
|
12
14
9
26
|
Sumber : Junus (1987).
Contoh perhitungan penambahan air
untuk kotoran sapi potong dan sapi perah :
Untuk kotoran sapi potong :
|
|
Bobot kotoran
dari sapi potong, bobotbadan 520 kg
|
=
29 kg
|
Bahan Kering
kotoran (BK) (%)
|
=
12 %
|
Jadi bobot
kering kotoran = 12/100 x 29
|
=
3,48 kg
|
Bobot air
dalam kotoran = 29 – 3,48
|
=
25,52 kg
|
Air yang
digunakan agar BK 7% = 100/7 x 3,48
|
=
49,71 kg
|
Jadi air yang
ditambahkan = 49,71 – 25,52
|
=
24,19 kg
|
Untuk kotoran Sapi Perah :
|
|
Bobot kotoran
dari sapi perah umur 2 tahun
|
=
50 kg
|
Bahan Kering
(BK) kotoran
|
=
14 %
|
Jadi bobot
kering kotoran = 14/100 x 50
|
=
7,00 kg
|
Bobot air
dalam kotoran = 29 – 3,48
|
=
43,00 kg
|
Air yang
dibutuhkan agar BK 7 % = 100/7 x 7
|
=
100,00 kg
|
Jadi air yang
ditambahkan = 100 – 43
|
=
57,00 kg
|
Berdasarkan contoh perhitungan tersebut, maka untuk kotoran sapi
potong yang berat basahnya 29 kg, memerlukan penambahan air 24,19 kg. Pada
kotoran sapi perah yang berat basahnya 50 kg, memerlukan penambahan air 57 kg.
Karena perbedaan antara berat basah kotoran dan air tidak terlalu jauh, maka
untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan digunakan perbandingan 1 : 1.Perlu
menjadi catatan bahwa persyaratan BK 7 – 9 % tetap menjadi pegangan. Apabila
bahan baku yang digunakan berbentuk seperti lumpur atau adonan, maka penambahan
jumlah air diperlukan dalamjumlah sedikit. Dapat disimpulkan bahwa kandungan
air sangat penting dalam membuat bahan baku biogas, dan sebaiknya air hujan
tidak digunakan sebagai pengencer, karena dapat menghambat proses terbentuknya
gas.
3.
Jasad renik / mikro organisme
Jasad renik yang berpengaruh pada proses pembuatan
biogas ada 2 macam, yaitu bakteri pembentuk asam dan bakteri pembentuk gas
metan. Bakteri pembentuk asam antara lain Pseudomonas, Escherichia,
Flavobacterium, dan Alcaligenes yang mendegradasikan bahan organik menjadi asam
lemak. Selanjutnya asam lemak didegradasikan menjadi biogas yang sebagian besar
adalah gas metan oleh bakteri metan Methanobacterium, Methanosarcina, dan
Metahnococcus (Sahidu dan Sirajuddin, 1983).
4.
Udara (Oksigen)
Persyaratan yang penting dalam proses pembuatan biogas
adalah tidak diperlukan udara sama sekali. Jadi pada tabung digester, sama
sekali tidak boleh bocor, apabila terjadi kebocoran, maka gas CH4 tidak akan
terbentuk dan gasbio yang diharapkan tidak akan terbentuk.
5.
Temperatur
Perkembangbiakan bakteri metan sangat dipengaruhi oleh
temperature. Pencernaan anaerobik dapat berlangsung pada kisaran suhu 5° C - 55° C, sedangkan temperatur yang optimal
untuk dapat menghasilkan biogas adalah 35 ° C.
6.
Derajat keasaman (pH)
Pada awal pencernaan, pH bahan dalam tanki pencerna
atau digester dapat turun hingga 6 bahkan dapat lebih rendah lagi. Hal ini
sebagai akibat degradasi bahan organik oleh bakteri anaerobik. Kemudian pH
mulai naik disertai perkembang biakan bakteri pembentuk metan, kondisi optimal
untuk bakteri ini adalah 6,8 – 8.
7.
Pengadukan
Bahan baku yang sukar dicerna,misalnya jerami sisa
pakan yang mengandung senyawa lignin akan membentuk lapisankerak pada permukaan
cairan. Lapisan ini dapat dipecah dengan alat pengaduk, sehingga hambatan
terhadap laju terbntuknya gas dapat dikurangi. Namun untuk mempermudah
aktifitas bakteri dalam menghasilkan gas, bahan-bahan tersebut dapat
dihilangkan / dibuang.
8.
Bahan penghambat
Bahan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
sehingga berpengaruh terhadap jumlah gas yang dihasilkan antara lain : logam
berat seperti tembaga, cadmium, dan kromium. Selain itu desinfektan, deterjen dan antibiotic
juga menghambat terbentuknya gas. Oleh karena itu sebaiknya air yang digunakan
sebagai pengencer diusahakan agar tidak mengandung bahan-bahan tersebut.
INSTALASI
BIOGAS
Prinsip pembuatan instalasi biogas adalah menampung limbah organik
yang berupa kotoran ternak, limbah tanaman maupun limbah industri pertanian,
kemudian memproses limbah tersebut dan mengambil gasnya untuk dimanfaatkan
sebagai sumber energi serta menampung sisa hasil pemrosesan yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik. Dalam proses ini dibutuhkan 3 tabung, yaitu
tabung penampungbahan baku, tabung pemroses/pencerna/digester dan tabung
penampung sisa hasil pemrosesan. Bahan pembuat tabung dapat berupa batubata
merah, plastic atau drum bekas baik dari seng maupun dari plastic. Penjelasan
ketiga tabung tersebut adalah sbb :
1.
Tabung Penampung Bahan
Tabung ini berfungsi untuk menampung, mengencerkan dan
menyaring kotoran sebelum diproses lebih lanjut ke dalam tabung kedua /
digester. Penampungan digunakan untuk mempermudah proses, sedangkan pengenceran
dilakukan karena persyaratan untuk menghasilkan gas metan. Penyaringan
dilakukan agar tidak tercampur material lain yang mengganggu proses fermentasi.
Gambar. Bak penampung dan
pencampur kotoran di dlm kandang utk konstruksi
batu bata
Gambar. Tabung pencampur kotoran
konstruksi plastik
2.
Tabung Pemroses/Digester
Tabung ini merupakan tabung yang paling penting, hal
ini disebabkan oleh fungsinya sebagai tempat peruses dan pemisah antara gas
yang akan diambil dengan material lain yang akan dikeluarkan sebagai limbah,
dan kemudian diisi dengan bahan baku yang baru. Jadi proses pengisian, pengeluaran gas dan
pengeluaran limbah dapat berlangsung secara terus menerus. Oleh karena
pentingnya tabung ini, maka proses pembuatannya harus benar-benar kedap/tidak
bocor.
Gambar. Digester Plastik
Gambar. Digester
konstruksi batu bata
3.
Tabung penampung sisa
pemrosesan
Tabung ini berfungsi untuk menampung limbah hasil
akhir pemrosesan. Apabila bahan baku yang digunakan adalah kotoran sapi, maka
akhir pemrosesan adalah pupuk organik. Pupuk ini sudah tidak berbau dan dapat
langsung digunakan
Gambar. Tabung penampung limbah konstruksi
plastic.
Gambar. Kompor Biogas.
Gambar. Tutup Digester konstruksi batubata
Gambar. Intalasi Pipa Biogas
Gambar. Detail Gambar Digester Konstruksi
Batu bata
Macam-macam Konstruksi Bangunan Biogas
1.
Biogas Permanen Batu Bata
2.
Biogas Plastik
3.
Biogas Terapung
4.
Biogas Drum
5.
Biogas Fiber
terimaksih atas penjelasannya diblog, saya ada rencana membuat spiteng untuk memngumpulkan kotoran sapi, tapi setelah saya membaca ternyata bisa dimanfaatkan untuk biogas. saya mohon penjelasan lebih jelas lagi klu perlu saya ikut pelatihan, bisa minta no kontak yang bisa dihubungi
BalasHapusSaya jauh d NTT pak,, hubungi saja Dinas Peternakan setempat, mereka biasanya memberikan pelatihan dan pembuatannya gratis
BalasHapus