Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprun
dilambangkan dengan Cu, logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan.
Dalam tabel periodik unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom 2g
menempati golongan IB dan periode 4 dan mempunyai bobot atau berat atom 63,546.
Unsur
tembaga dialam dapat dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas akan tetapi lebih
banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk
mineral. Dalam badan perairan laut, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk
persenyawaan ion seperti CuCO3¯, CuOH¯ dan lain sebagainya.
Sumber Cu
Untuk dpat masuk kedalam suatu tatanan lingkungan Cu (Tembaga) dapat masuk melalui bermacam-macam jalur dan dari bermacam-macam sumber. Secara global sumber masuknya unsur logam Cu dalam tatanan lingkungan adalah secara alamiah dan non alamiah.
Secara
alamiah Cu dapat masuk kedalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari
berbagai peristiwa alam. Unsur ini dapat bersumber dari peristiwa pengikisan
(erosi) dari batuan mineral. Sumber lain adalah debu-debu dan atau partikulat-partikulat Cu yang ada dalam lapisan udara yang dibawa turun oleh air hujan.
Dalam badan perairan laut diperkirakan proses alamiah ini memasok Cu sebesar
325.000 ton /tahun. Melalui jalur non-alamiah, Cu masuk kedalam suatu tatanan
lingkungan sebagai kaibat dari aktivitas manusia. Jalur dari aktivitas manusia
ini untuk memasukan Cu kedalam tatanan lingkungan ada bermacam – macam pula.
Sebagai contoh adalah buangan industri yang memakai Cu dalam proses
produksinya, industri galangan kapal karena digunakannya Cu sebagai campuran
bahan pengawet, industri pengelolaan kayu, buanga rumah tangga dan lain
sebagainya.
Sifat da kegunaannya.
Secara
kimia, senyawa – senyawa dibentuk oleh logam Cu (Tembaga) mempunyai bilangan
valensi +1 & +2. Berdasarkan pada bilangan valensi yang dibawanya, logam Cu
diamakan pula cuppro untuk yang bervalensi +1 dan cuppri untuk yang bervalensi
+2.
Logam
Cu dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat (H2SO4) panas dan dalam larutan basa NH4OH, senyawa CuO dapat larut
dalam NH4CL dan KCN.
Secara
fisika, logam Cu (Tembaga) digolonglan kedalam kelompok logam – logam
penghantar listrik yan baik. Cu penghantar listrik terbaik setelah perak
(Argentum Ag) karena itu, logam Cu banyak digunakan dalam bidang elektronika
atau perlistrikan.
Logam
Tembaga berwarna merah muda seperti granit, tidak mudah mengalami korosi, dapat
menghantarkan listrik dan panas yang baik, tembaga murni sudah dibentuk dan
digulung seperti lembaran, dibuat menjadi tipis.
Tabel 2.2.2. Sifat-sifat Tembaga (Cu)
Sifat
|
Tembaga (Cu)
|
Konfigurasi
elektron
|
( Ar) 3d¹º45²
|
Jari
– jari atom, (pm)
|
128
|
Energi
Ionisasi, (kj / mol)
|
754
|
Potensial
Elektrode,
|
(U)
|
M+(aq)
+ eˉ → Mep )
|
+ 0,522
|
M²+(aq)
+ 2eˉ→ Mep )
|
+ 0,337
|
M³+
(aq) + 3eˉ→ Mep )
|
+ 0,337
|
Bilangan oksidasi
|
+ 1 + 2
|
(
Petrucci, 1993 )
Tembaga adalah unsur yang
penting dalam industri listerik karena sifat konduksinya yang sangat baik.
Unsur ini bercampur dengan timah membentuk alloy perunggu (bronte), suatu
aliase yang keras dan kuat. Dalam bidang industri lainnya, senyawa Cu banyak
digunakan sebagai pembuat cat antifoling, industri insektisida dan fungisida
(Petrucci, 1993)
CuO banyak digunakan
sebagai katalis, baterai, elektroda, penarik sulfur atau belerang dan sebagai
pigmen serata pencegah pertumbuhan lumut. Turunnya senyawa-senyawa Cu
karbonat, banyak digunakan sebagai pigmen, insektisida, fungisida dan pewarna
kuningan. Senyawa Cu klorida banyak digunakan dalam bidang metalurgi,
fotografi, pemurnian air dan aditif bahan makanan. Selain itu, senyawa tembaga
sulfat juga banyak digunakan dalam bidang pertanian, peternakan, industri
petroliun dan lain – alain.
Cu dalam lingkungan
Tembaga yang masuk kedalam
tatanan lingkungan perairan dapat berasal dari peristiwa – peristiwa alamiah
dan sebgai efek samping dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Dalam
kodisi normal keberadaan Cu dalam perairan ditemukan dalam bentuk senyawa ion
CuCO³ˉ, CuOHˉ, biasanya jumlah Cu yang terlarut dalam badan perairan laut
adalah 0,002 ppm – 0,005 ppm. Bila dalam perairan laut terjadi peningkatan
kelarutan Cu, sehingga melebihi nilai ambang batas yang seharusnya, maka akan
terjadi peristiwa “biomagnifikasi” terhadap biotaperairan. Peristiwa
biomagnifikasi ini akan dapat ditunjukan melalui akumulasi Cu dalam tubuh biota
perairan tersebut. Akumulasi dapat terjadi sebgai akibat dari telah terjadinya
konsumsi Cu dalam jumlah berlebihan, sehingga tak mampu dimetabolisme oleh
tubuh.
Keracunan Cu.
Bentuk tembaga yang
paling beracun adalah debu – debu Cu yang dapat yang dapat mengakibatkan
kematian pada dosis 3,5 mg / kg. Sumber – sumber dari keberadaan debu atau uap
Cu diudara sangat banayak. Namun yang terpenting diantaranya adalah yang
berasal dari industri peleburan biji Cu dan penegelasan logam-logam yang
mengandung Cu.
Tembaga (Cu) bersifat
racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan diatas 0,1 ppm.
Konsentrasi yang aman bagi air minum tidak lebih dari 1 ppm, bersifat racun
pada domba pada konsentrasi diatas 20 ppm.
Keberadaan Cu
dilingkungan perlu mendapat perhatian, mengingat kecilnya batas konsentrasi
yang di ijinkan. Berdasarkan keputusan Menteri Negara KLH Kep.02/Men.KLH/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, keberadaan Cu dalam
lingkungan diharapkan nihi, sedangkan batas maksimal yang diperbolehkan adalah
1 ppm. Mengingat kecilnya batas konsentrasi yang diperbolehkan dan pengaruh
dari toksisitas logam berat Cu, maka diperlukan adanya metode analisis yang
memiliki ketelitian dan ketepatan tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar