Ketaren (1986) menjelaskan bahwa ekstraksi adalah suatu cara untuk
mendapatkan zat dari bahan yang diduga mengandung zat tersebut. Ekstraksi dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada
kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989).
Shriner et al. (1980) menyatakan
bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan
melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like dissolve like”.
Pada buah atau sayuran, pigmen antosianin umumnya terletak pada
sel-sel dekat permukaan (Markakis, 1982). Ekstraksi pigmen antosianin dari
bahan nabati umumnya menggunakan larutan pengekstrak HCl dalam etanol (Gao and Mazza, 1996). HCl dalam etanol akan
mendenaturasi membran sel tanaman kemudian melarutkan pigmen antosianin keluar
dari sel. Pigmen antosianin dapat larut dalam etanol karena sama-sama polar
(Broillard, 1982).
Pada penelitian Saati (2002) untuk ekstraksi antosianin dari bunga
pacar air, pelarut yang paling baik digunakan adalah etanol 95 %. Begitu juga
dengan penelitian Wijaya (2001) tentang ekstraksi pigmen dari kulit buah
rambutan. Hal ini disebabkan tingkat kepolaran antosianin hampir sama dengan
etanol 95 % sehingga dapat larut dengan baik pada etanol 95 %. Selain pelarut,
menurut Pifferi and Vaccari (1998),
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil ekstraksi antosianin adalah waktu
ekstraksi, pH dan temperatur ekstraksi.
Bahan untuk Proses Ekstraksi
Etanol
Etanol merupakan larutan yang jernih, tidak berwarna, volatil dan
dengan bau khas. Dalam konsentrasi tinggi, akan menyebabkan rasa terbakar saat
kontak dengan kulit. Etanol merupakan kelompok alkohol, dimana molekulnya
mengandung gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan atom karbon. Etanol
dibuat sejak jaman dahulu dengan cara fermentasi gula. Proses ini banyak
digunakan di industri dengan bahan mentah berupa gula. Etanol larut dalam air
dan banyak pelarut organik (Anonymous, 2004b)).
Etanol bersifat toksik, tetapi tubuh akan mengaturnya dengan segera.
Lebih dari 90 % etanol akan diproses oleh liver. Di liver, enzim alkohol
dehidrogenase mengkonversi etanol menjadi asetaldehida yang masih bersifat
toksik.
O
CH3CH2OH CH3 – C – H + 2 H
Etanol Asetaldehida
Tetapi asetaldehid akan dirusak oleh enzim aldehida dehidrogenase
yang megkonversinya menjadi ion asetat.
O O
CH3 – C – H + H2O
CH3 – C – O- + 3 H
Etanol ion asetat
Sedangkan
menurut FDA, kadar residu etanol sebagai pelarut dalam suatu ekstraksi adalah
50 ppm.
Tabel 2 Sifat-Sifat
Etanol
Karakteristik
|
Etanol
|
Nama lain
Rumus molekul
Berat molekul
Titik didih
Titik leleh
Densitas
|
Etil alcohol, grain alcohol
CH3CH2OH
46
78,5 oC
-114,1 oC
0,789 g/ml pada 20 oC
|
Sumber : Anonymous (2004 b))
Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan gas hidrogen klorida (HCl) dalam air.
Warnanya bervariasi dari tidak berwarna hingga kuning muda. Perbedaan warna ini
tergantung pada kemurniannya. Pada konsentrasi diatas 10 %, asam klorida menghasilkan bau yang sangat menyengat. Asam
klorida bersifat sangat korosif dan bisa merusak logam-logam seperti besi dan
baja (Wikipedia, 2002).
Tabel 3 Sifat-Sifat Fisik dan
Kimia Asam Klorida
Karakteristik
|
Asam
klorida
|
Nama lain
Rumus molekul
Titik didih
Titik leleh
Densitas pada 25 oC
Kelarutan
|
Asam Hidroklorit, Anhidrous hydrogen klorida, Asam muriatik
HCl
-85 oC (HCl gas)
-114 oC (HCl gas)
1,49 g/l
Larut dalam air, alcohol, benzena dan eter tetapi tidak larut
dalam hidrokarbon
|
Sumber : CRC
(1994)
Uap larutan asam yang sangat pekat dapat menyebabkan iritasi pada
mata, sedangkan kontak secara langsung dapat menyebabkan luka pada mata dan
bisa mengakibatkan kebutaan. Jika kontak dengan kulit akan menyebabkan
terbakar. HCl bersifat higroskopis, zat ini pada umumnya ada dalam bentuk
aerosol di atmosfer (NRC, 2000). Menurut Revilla (1998), HCl dapat menyebabkan
hidrolisa parsial antosianin dari anggur merah.
Menurut Maga and Tu (1994)
HCl diijinkan sebagai pengasam makanan oleh FAO pada tahun 1974. HCl juga
digunakan untuk proses yang membutuhkan hidrolisa pada bahan seperti protein
dan pati. HCl juga bisa digunakan untuk produksi “corn syrup” (Maga and Tu, 1994).
Asam Sitrat
Asam sitrat adalah asam organik yang banyak ditemukan pada
buah-buahan dan sayuran. Konsentrasi tertinggi terdapat pada buah lemon dan
jeruk nipis yaitu sekitar 8 % dari berat kering buah. Keasaman asam sitrat
disebabkan karena tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepaskan proton ke
dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan disebut ion sitrat
(Wikipedia, 2004).
Pada suhu ruangan, asam sitrat berbentuk bubuk kristal putih. Asam
sitrat bisa terdapat dalam bentuk “anhydrous” (bebas air) atau monohidrat yang
mengandung satu molekul air tiap molekul asam sitrat. Asam sitrat aman
digunakan dalam bahan pangan walaupun dalam jumlah besar. Ini didasarkan pada
peraturan pangan nasional dan internasional. Asam sitrat bisa dimetabolisme dan
dikeluarkan dari tubuh (Wikipedia, 2004).
Industri makanan dan minuman banyak menggunakan asam sitrat. Pemilihan jenis asam ini
dikarenakan mampu memberikan penggabungan khas dari sifat-sifat yang diinginkan
dan dipasaran tersedia dalam jumlah besar. Asam sitrat merupakan bahan tambahan
pangan yang mempunyai fungsi bervariasi. Industri makanan dan minuman
kebanyakan mengkonsumsinya untuk mempertegas flavor dan warna. Fungsi lainnya
adalah mengontrol keasaman. Pengontrolan pH yang tepat akan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dan bertindak sebagai pengawet serta membantu
mencegah terjadinya reaksi pencoklatan (Hui, 1992).
Tabel 4 Sifat-Sifat Asam
Sitrat.
Karakteristik
|
Asam
sitrat
|
Nama lain
Rumus kimia
Berat molekul
Densitas
Pka
|
Asam 2-hidroksi-1,2,3-propan trikarboksilat
C6H8O7
192
1,665 x 103 kg/m3
8,2 x 10-4
|
Sumber :
Wikipedia (2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar