Ditinjau dari
beberapa uji tentang pengaruh unsur hara Nitorgen (N) terhadap pertumbuhan
tanaman, maka N merupakan unsur hara yang kadarnya paling diperhatikan dalam
setiap lahan pertanian karena jumlah kadar unsur N di dalam tanah yang beragam
dan tergolong sedikit, yaitu berkisar
antara 40 – 84 kg/ha, sedangkan dari hasil penyerapan kadar unsur N di dalam
jaringan tanaman yang berasal hasil panen yang ada cukup besar, yaitu sekitar
40-165 kg/ha.
Selain itu,
senyawa N dalam bentuk anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air saat
proses irigasi berlangsung serta senyawa N dalam bentuk gas hasil denitrifikasi
bakteri akan mudah hilang ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh akar
tanaman. Dengan demikian, unsur N merupakan unsur hara makro yang dianggap
sebagai unsur hara primer yang harus diawetkan dan dikendalikan ketersediaannya,
sehingga kadar unsur N yang dianjurkan dalam pemupukan dengan menggunakan pupuk
organik adalah pada batas masimum 5% dari 1 kg bobot pupuk. (Hakim, 1986).
Menurut Susanti (Sanchez, 1992),
Nitrogen tidak disediakan oleh batuan. Unsur hara ini berada di dalam tanah
berasal dari jasad renik penambat Nitrogen yang mati, hasil pemineralan residu
tanaman dan hewan, serta dari pupuk buatan.
Sumber utama unsur N yang dibutuhkan
oleh tanaman adalah gas (N2, N2O, NO dan NH3)
yang menempati 78% dari volume atmosfer bumi. Namun, apabila unsur N masih
dalam wujud gas, unsur tersebut tidak akan bisa dimanfaatkan oleh akar tanaman,
tanpa diubah terlebih dahulu menjadi ion berupa nitrat ataupun ammonium melalui
beberapa proses yang terjadi secara alamiah.
Proses alam yang menyebabkan unsur N ke
dalam tanah adalah akibat adanya loncatan suatu muatan listrik di udara,
ataupun unsur N di udara akan ikut terbawa karena berikatan dengan air hujan
dalam bentuk nitrat. Namun, proses utama unsur N untuk masuk dan terikat dalam
bentuk ion ke dalam tanah adalah melalui kegiatan mikrobia, baik yang hidup
secara bebas maupun yang telah mati dan bersimbiosis dengan tanaman dimana
unsur N akan diikat dan diserap setelah disentesa secara alami dalam bentuk
asam amino dan protein oleh akar tanaman (Hakim, 1986)
Kegunaan zeolit dalam campuran zeolit dan
Wiraorganik adalah bukan untuk meningkatkan kadar unsur N yang terkandung di
dalamnya, melainkan untuk menjaga ketersediaan kadar unsur N dalam tanah agar
tetap terjaga, karena zeolit yang diaktivasi pada suhu 3000 C,
selama ini diketahui mampu menyerap senyawa nitrogen yang mudah larut dalam
bentuk gas akibat hasil denitrifikasi bakteri, sehingga senyawa Nitrogen yang
dibebaskan dapat terserap oleh zeolit sehingga tidak hilang ke udara (Susanti,
2010).
Agar mempermudah
pemahaman mengenai proses denitrifikasi nitrogen oleh bakteri, dan proses
penyerapan nitrogen dalam wujud gas yang dilakukan oleh zeolit maka penulis
mencoba mengilustrasikan mekanisme yang terjadi seperti pada gambar berikut
ini:
Gambar 1. Penyerapan
gas N oleh yang dilakukan zeolit pada saat terjadi proses denitrifikasi bakteri
Proses denitrifikasi
oleh bakteri, umumnya terjadi pada saat terjadinya proses irigasi bagi tanaman,
dimana pada saat tersebut oksigen yang berada dalam tanah akan didesak keluar
sehingga proses dekomposisi akan berlangsung secara anaerob. Beberapa bakteri
seperti Psuedomonas, Microcorus, Bacillus dan Thiobacillus
thiopharus pada saat dalam keadaan demikian dapat mereduksi nitrat dan
nitrit, untuk memanfaatkan oksigennya.
Menurut Hakim (1986),
pada hampir semua jenis tanah, oksida nitrous (N2O) merupakan yang
paling banyak hilang ke udara saat terjadinya denitrifikasi. Selanjutnya pH
tanah akan ikut terlibat sebagai inikator unsur N yang hilang dan menurut hasil
uji ditemukan bahwa pada pH di atas 7 kehilangan unsur N terjadi dalam bentuk
wujud gas yang bervariasi dan pada pH di bawah 6 unsur N yang hilang semuanya
dalam bentuk nitrit. Sehingga semakin banyak N yang diserap oleh zeolit, maka
kemungkinan kehilangan unsur nitrogen, dapat ditekan dan dapat
meningkatkan ketersediaan nitrogen saat berlangsungnya proses irigasi.
Menurut Al-Jabri, 2009
(Budiono, 2003), zeolit merupakan mineral yang efektif sebagai pengabsorbsi NH4+,
dan sebagai pupuk pelepas terkontrol (controlled-release fertilizer).
Berdasarkan
uraian mengenai kebutuhan unsur N bagi tanaman dan sumber keberadaannya dalam
tanah, maka dalam kegunaan mineral zeolit hanya sebagai penambat N dari hasil
metabolisme mikroba di dalam tanah. Namun perlu diingat sifat zeolit yang mampu
menyerap gas N dapat menyebabkan defisiensi kadar N dalam tanaman, karena zeolit
diketahui bertindak sebagai pelepas lambat hara,sedangkan kebutuhan N bagi
tanaman sangat tinggi dan diduga akan terjadi perampasan unsur N oleh zeolit. Sekian dan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar