Kebisingan
adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan
dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB).
Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara
yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker,
kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat,
proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan
dan pendengaran.
Bunyi yang
menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran
sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga
molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya
gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan
longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi
sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan dan kesehatan
Kualitas dan kuantitas suara
ditentukan antara lain oleh intensitas (loudness), frekuensi,
periodesitas (kontinyu atau terputus) dan durasinya. Faktor-faktor tersebut
juga ikut mempengaruhi dampak suatu kebisingan terhadap kesehatan.
Kebisingan dapat menimbulkan
gangguan pada indera pendengaran antara lain trauma akustik, ketulian
sementara, hingga ketulian permanen. Trauma akustik adalah gangguan pendengaran
yang disebabkan oleh pemaparan tungal akibat intensitas kebisingan yang sangat
tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Ketulian sementara merupakan gangguan
pendengaran yang sifatnya sementara, daya dengar mampu pulih kembali berkisar
dari beberapa menit sampai beberapa hari (3-10 hari). Jika seseorang terpapar
pada suara di atas nilai kritis tertentu kemudian dipindahkan dari sumber suara
tersebut, maka nilai ambang pendengaran orang tersebut akan meningkat; dengan
kata lain, pendengaran orang tersebut berkurang. Jika pendengaran kembali
normal dalam waktu singkat, maka pergeseran nilai ambang ini terjadi sementara.
Fenomena ini dinamakan kelelahan auditorik.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan
manusia baik secara fisik maupun psikologis. Pada tahun 1993, WHO mengakui efek
kesehatan penduduk yang berasal dari kebisingan, antara lain ketergangguan pola
tidur, kardiovaskuler, sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan
pendengaran. Kebisingan juga berpengaruh negatif dalam komunikasi,
produktivitas dan perilaku sosial.
Efek
psikologis akibat kebisingan termasuk hipertensi, takikardia, peningkatan
pelepasan kortisol dan stres fisiologis meningkat. Efek psikologis dari
kebisingan biasanya tidak terlihat dengan baik dan sering diabaikan. Penelitian
di Amerika Serikat dan di New Zealand
menyatakan bahwa kebisingan dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Penelitian
di Netherlands membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara prevalensi
efek kebisingan terhadap kesehatan seseorang dengan intensitas kebisingan.
Respon masyarakat terhadap sumber
bising tergantung dari:
1. Bagaimana
variasi bising setiap waktu termasuk jenis bising. Hal ini berhubungan dengan
kebisingan yang tetap (steady noise) tidak terlalu mengganggu seperti
bising yang bervariasi keras suaranya atau bising jalan raya yang intermiten,
dan waktu yang sedikit sumber bising mengeluarkan tingkat bising yang tinggi
sedikit pengaruhnya terhadap masyarakat.
2. Waktu
terjadinya bising Bising yang terjadi pada malam hari di permukiman akan mengganggu
tidur.
3. Lokasi
dari sumber bising. Berkaitan penggunaan lahan yang sensitif terhadap bising.
Faktor yang menentukan dampak bising adalah berapa keras dan berapa lama
paparan bising yang akan sampai pada penduduk sekitar.
Sumber
kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi
yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak
maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat
berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit
tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber
kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan
oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang
ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan
gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston,
fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini
di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses
kerja industri misalnya pada
pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan
lain-lain.
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, maka kebisingan
juga dijadikan dalam skala kualitas lingkungan, sehingga dalam pembangunan
suatu industri apa pun, pengukuran nilai kebisingan perlu dilakukan
Pengukuran Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan mengacu
pada KEP-48/MENLH/11/ 1996 dan menggunakan Sound
Level Meter, yang diukur adalah tingkat tekanan bunyi dBA selama 5 menit
untuk setiap pengukuran. Pembacaan dilakukan selama 5 detik. Waktu pengukuran dilakukan selama 24
jam (LSM) dengan cara pada siang hari dengan tingkat aktivitas yang
paling tinggi selama 16 jam (LS) dan aktivitas malam hari selama 8
jam (LM).
Metode Penghitungan dan Analisis Data
Pernyataan tingkat kebisingan siang malam merupakan model tingkat
kebisingan ekivalen yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan,
terutama di daerah permukiman. Pengukurannya dilakukan selama 24 jam. Model matematisnya:
dimana Lsm = tingkat kebisingan siang-malam (dBA); Lek
= tingkat kebisingan ekivalen.
Hasil perhitungan tingkat kebisingan siang malam
secara matematis tersebut dibandingkan dengan Baku Tingkat Kebisingan
berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996 dan
KEP-51/MENAKER/1999. Analisis kebisingan lingkungan dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran dengan Baku Tingkat Kebisingan Lingkungan
menurut Kep-48/MENLH/11/1996 untuk kawasan pemukiman ditetapkan sebesar (55 ± 3) dBA, sedangkan di lingkungan pekerja
pabrik menggunakan KEP-51/MENAKER/1999 dengan nilai ambang baku tingkat
kebisingan 85 dBA selama 8 jam per hari. Skala kualitas lingkungan untuk
pemukiman, perkantoran dan sekolah, ditunjukkan pada Tabel 1 dan skala kualitas lingkungan untuk
pekerja di dalam pabrik, ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 1. Skala Kualitas Lingkungan Tingkat
Kebisingan Untuk Permukiman, Perkantoran, Sekolahan
No
|
Tingkat Kebisingan (dBA)
|
Skala Kualitas
|
|
1
|
< 50.0
|
5
|
Sangat Baik
|
2
|
50.0 – 55.0
|
4
|
Baik
|
3
|
55.1 – 58.0
|
3
|
Sedang
|
4
|
58.1 – 60.0
|
2
|
Buruk
|
5
|
> 60.0
|
1
|
Sangat Buruk
|
Sumber:
Fandeli (2007).
Tabel 2. Skala Kualitas Lingkungan Pekerja di dalam
Pabrik
No
|
Tingkat Kebisingan (dBA)
|
Skala Kualitas
|
|
1
|
< 70
|
5
|
Sangat Baik
|
2
|
70.1 – 75
|
4
|
Baik
|
3
|
75.1 – 80
|
3
|
Sedang
|
4
|
80.1 – 85
|
2
|
Buruk
|
5
|
> 85
|
1
|
Sangat Buruk
|
Sumber:
Fandeli (2007).
Metode Prediksi Kebisingan
a.
Prediksi
Sumber Titik
Seringkali sound
power level dari sumber kebisingan tidak diketahui tingkat kebisingan pada
suatu jarak tertentu dari sumber kebisingan diketahui. Persamaan yang
dipergunakan untuk prediksi kebisingan dengan kondisi tersebut adalah:
L2 = L1 - 20 log (r2 / r1)
dBA
dimana:
L2 =
tingkat kebisingan pada jarak r2 dari sumber (dBA)
L1 = tingkat
kebisingan pada jarak r1 dari sumber (dBA)
Jika kebisingan berasal dari dua buah sumber yang
sama tingkat kebisingannya (L1=L2) maka tingkat
kebisingannya adalah :
Ltot = (L1 + 3) dBA
Jika kebisingan dari n buah sumber yang sama L1=
L2=L3 L4=Ln maka tingkat kebisingan totalnya adalah:
Ltot = (L1 + 10 log n) dBA
Jika kebisingan berasal dari n buah sumber yang
tidak sama tingkat kebisingannya, maka tingkat kebisingan totalnya adalah:
Ltot =
b.
Prediksi Sumber Bergerak
Model matematis yang dipergunakan untuk
memprediksi sumber kebisingan garis (bergerak) disajikan dalam persamaan :
L2 = L1 - 10 log (r2
/ r1) dBA
dimana:
L2 = tingkat kebisingan pada jarak
r2 dan sumber (dBA)
L1 = tingkat kebisingan pada jarak
r1 dan sumber (dBA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar