Konsrvasi Air
Usaha tani konservasi (Conservation farming) pada lahan kering merupakan penerapan beberapa paket teknologi yang ditujukan untuk melestarikan lingkungan sekaligus berfungsi meningkatkan produksi. Teknologi konservasi air dan tanah merupakan komponen teknologi yang tidak dapat ditinggalkan, sebab lahan sebagai fungsi produksi harus dipertahankan kelestarian kesuburannya agar produksi tidak menurun dari waktu ke waktu. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan, faktor kelangkaan air (water scarcity) menjadi faktor pembatas yang perlu ditanggulangi untuk menunjang keberlanjutan sistem usahatani. Oleh karena itu, konservasi dan pemanfaatan air merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan lahan kering untuk peningkatan produktivitas pertanian. Peningkatan produktivitas lahan melalui konservasi dan pengelolaan air perlu diintegrasikan dengan pengelolaan hara dan bahan organik tanah.
Usaha tani konservasi (Conservation farming) pada lahan kering merupakan penerapan beberapa paket teknologi yang ditujukan untuk melestarikan lingkungan sekaligus berfungsi meningkatkan produksi. Teknologi konservasi air dan tanah merupakan komponen teknologi yang tidak dapat ditinggalkan, sebab lahan sebagai fungsi produksi harus dipertahankan kelestarian kesuburannya agar produksi tidak menurun dari waktu ke waktu. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan, faktor kelangkaan air (water scarcity) menjadi faktor pembatas yang perlu ditanggulangi untuk menunjang keberlanjutan sistem usahatani. Oleh karena itu, konservasi dan pemanfaatan air merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan lahan kering untuk peningkatan produktivitas pertanian. Peningkatan produktivitas lahan melalui konservasi dan pengelolaan air perlu diintegrasikan dengan pengelolaan hara dan bahan organik tanah.
Pemanfaatan rorak, merupakan alternatif untuk memanen air
dan meningkatkan kelengasan tanah. Rorak yang dikombinasikan dengan mulsa
vertikal (slot mulch) mampu mengurangi erosi sampai 94% (Noeralam,
2002). Efektivitas strip rumput dalam pencegahan erosi juga sudah banyak
dibuktikan (Abujamin, 1983, Garity dan Agus, 1999, Dariah et al., 1993,
1999, dan Erfandy et al., 1997).
Hujan merupakan sumber utama air untuk
tanaman yang jumlahnya melimpah ruah pada sebagian besar wilayah
Indonesia. Hanya sekitar 1% dari 193
juta lahan Indonesia mempunyai curah hujan setahun kurang dari 1.000 mm (Badan
Meterologi dan Geofisika, 1994). Jumlah 1.000 mm ini bila dimanfaatkan
secara efisien akan dapat menunjang proses produksi tanaman pangan semusim
untuk dua musim tanam (Agus, dkk. 2002), dengan asumsi bahwa kebutuhan air
untuk tanaman pangan lahan kering adalah 120 mm per bulan (Oldeman, 1980).
Oleh karena itu pembuatan kedung atau embung diharapkan mampu menampung air hujan selama musim penghujan, untuk digunakan pada saat musim kemarau. Agus (2002) mengemukakan bahwa berbagai penelitian di Indonesia telah mencoba sistem pembuatan embung atau kedung, namun tidak dijumpai hasil penelitian yang komprehensif yang memberikan analisis kemampuan embung dalam menyediakan air pada musim kemarau (proporsi yang ideal antara dimensi embung dengan luas lahan yang akan diairi). Namun demikian pembuatan embung atau kedung merupakan salah satu teknologi alternatif dalam memanen hujan di lahan kering.
Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan
Oleh karena itu pembuatan kedung atau embung diharapkan mampu menampung air hujan selama musim penghujan, untuk digunakan pada saat musim kemarau. Agus (2002) mengemukakan bahwa berbagai penelitian di Indonesia telah mencoba sistem pembuatan embung atau kedung, namun tidak dijumpai hasil penelitian yang komprehensif yang memberikan analisis kemampuan embung dalam menyediakan air pada musim kemarau (proporsi yang ideal antara dimensi embung dengan luas lahan yang akan diairi). Namun demikian pembuatan embung atau kedung merupakan salah satu teknologi alternatif dalam memanen hujan di lahan kering.
Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan
Air tanah merupakan sumber air yang
sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut tersimpan dalam lapisan
yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat penting.
Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah
antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst ( daerah batuan kapur yang berpori sehingga
air dapat merembes dan menghilang ke dalam tanah).
Akuifer (Lapisan Kulit Bumi berpori yang dapt
menahan air dan terletak di antara dua lapisan yang kedap air)
ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi
tertekan dan akuifer tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang
sebagai daerah pemukiman yang padat hal ini disebabkan karena akuifer daerah
ini merupakan sumber air tanah yang sangat penting bagi daerah kota daerah
tersebut. Air tanah di daerah tersebut disamping dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan kota juga digunakan untuk pertanian.
Pada
Gambar 1 digambarkan mengenai hidrogeologi suatu sistem akuifer pantai yang
terdiri dari tak tertekan dengan lapisan dasar impermeable, akuifer tak
tertekan dengan dasar bebas dan akuifer tertekan. Secara lebih umum susunan
hidrogeologi (lapisan air dalam tanah) dalam lingkungan pantai adalah suatu
jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari kombinasi lapisan akuifer
tertekan dan tak tertekan.
Kondisi
lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam teori yaitu yang
hanya terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks.
Lapisan akuifer yang paling atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau
dapat juga sebagai lapisan tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer di
berbagai tempat tidak sama (seragam).
Untuk
menggambarkan kondisi pantai, suatu penampang hidrogeologi ideal ditunjukkan
sebagai suatu sistem akuifer pantai berlapis yang lepas pantainya diperluas
hingga ke dasar tebing seperti Gambar 2. Dalam keadaan alami, kondisi yang
tidak terganggu, terdapat suatu garis kemiringan hidrolik seimbang yang
mengarah kelaut, dalam setiap akuifer dengan air tawar yang mengalir kelaut
(Gambar 2.a). Di lapisan paling atas pada akuifer tak tertekan air tawar
mengalir bebas kelaut. Di bawahnya pada akuifer tertekan air tawar mengalir ke
laut melalui bocoran terus ke lapisan atas dan atau mengalir bebas ketebing.
Di
bawah kondisi "steady-state" suatu "interface" yang tidak
berubah dipertahankan bentuk dan posisinya ditentukan oleh potensi air tawar
dan garis kemiringan. Pada suatu kasus sistem satu lapisan, air laut pada
dasarnya akan statis pada kondisi "steady-state". Pada sustu sistem
lapisan, jika ada kebocoran vertikal air tawar kedalam suatu daerah air asin,
pada daerah ini air yang bercampur akan menjadi tidak statis.
A.
Akuifer Tak tertekan Dengan Lapisan Dasar Impermeabel.
B . Akuifer
tak Tertekan Pulau Dengan Dasar Bebas.
C.
Akuifer Tertekan.
Gambar
1. Contoh Suatu Kondisi Hidrogeologi Dalam Akuifer Pantai
Gambar
2. Potongan Melintang Yang Ideal Suatu Sistem Akuifer Pantai
Perubahan
di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan aliran dalam daerah air tawar,
menyebabkan perubahan "interface". Penurunan aliran air tawar yang
masuk ke laut menyebabkan "interface" bergerak ke dalam tanah dan
menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan
aliran air tawar mendorong "interface" ke arah laut. Laju gerakan
"interface" dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan
sifat akuifer pada kedua sisi "interface".
Pada
sisi dengan air asin dapat bergerak kedalam atau keluar, pada sistem akuifer
efek dari gerakan interface mempengaruhi perubahan debit air tawar di lepas
pantai. Dalam suatu sistem akifer berlapis, air asin dapat masuk akuifer oleh
aliran melalui akuifer tersingkap atau bocoran yang melewati lapisan pembatas
atau lantai laut (Gambar 2 b).
Pengelolaan
sumberdaya air tanah memerlukan suatu pengetahuan dinamika fisik aliran air
dalam tanah terhadap fenomena intrusi air asin. Untuk alasan ini, maka
diperlukan suatu usaha meresapkan air hujan ke dalam tanah baik secara alami
maupun artifisial (buatan).
Masuknya
air hujan kedalam tanah secara alami terjadi pada daerah-daerah yang porus
misalnya sawah, tanah lapangan, permukaan tanah yang terbuka, Hutan, halaman
rumah yang tidak tertutup dll. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada
awalnya akan membasahi tanah, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan batuan. Ketika air
hujan tersebut jatuh pada daerah yang berpori maka akan meresap kedalam tanah
sebagai air infiltrasi (perembesan), air tersebut semakin lama akan meresap
lebih dalam lagi sampai memasuki daerah akuifer dan akirnya menjadi air tanah.
Teknologi
sumur resapan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat pasif dan aktif.
Pada teknologi sumur resapan pasif air hujan dibiarkan meresap secara alami
melalui sumur buatan, sedangkan pada sumur resapan yang bersifat aktif air dipompa
(diinjeksikan) kedalam lapisan akuifer menggunakan pompa tekanan tinggi.
Manfaat
Sumur resapan merupakan
salah satu cara konsevasi air tanah. Caranya dengan membuat bangunan berupa
sumur yang berfungsi untuk memasukkan air hujan kedalam tanah.
1.Sumur
resapan mempunyai manfaat untuk menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah.
2.Sumur
resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah sehingga dapat
menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air
laut.
3.Mereduksi
dimensi jaringan drainase dapat sampai nol jika diperlukan.
4.Menurunkan
konsentrasi pencemaran air tanah.
5.Mempertahankan
tinggi muka air tanah.
6.Sumur
resapan mempunyai manfaat untuk mengurangi limpasan permukaan sehingga dapat
mencegah banjir.
7.Mencegah
terjadinya penurunan tanah.
8.Melestarikan
teknologi tradisionil.
9.Sumur
resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dan mengisi
pori-pori tanah hal ini akan mencegah terjadinya penurunan tanah.
Potensi
Gambar
3. Siklus Air dan Pemanfaatan Sumur Resapan
Keuntungan
yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah: 1. Menambah jumlah
air tanah. 2. Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah
jumlah air yang masuk kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air
tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam. Adanya sumur
resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang
semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan atau
halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam sumur
resapan. Akibat yang bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman
atau selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan.
BAHAN
Bahan Utama
Bahan
utama yang diperlukan untuk membuat sumur resapan adalah :
- 1. Seng/Plastik.
- 2. Paralon.
- 3. Beton/Bata.
Gambar 4. Bahan Bis Beton Yang Digunakan
Untuk Sumur Resapan Dengan Sistem
Dinding Tidak Porus dan Porus
Metode
Untuk
mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap sebagai
berikut:
1.Melakukan
analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk menghitung
intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan mengetahui
intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan dapat
dihitung.
2.Menghitung
luas tangkapan hujan. Bersama-sama dengan intensitas curah hujan maksimum
dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit aliran.
3.Menganalisis
lapisan tanah/batuan. Lapisan tanah terdiri dari berbagai macam lapisan mulai
dari tanah belempung, pasir berlempung dan gravel atau kombinasi dari lapisan
tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika dibuat sampai pada daerah
dengan lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4.Pemasangan
sumur. Sumur resapan dapat dibangun dengan menggunakan bis beton dengan lapisan
porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.
Untuk membangun
sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum diperlukan metoda
perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992) :
1.Menghitung
debit masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan formula
rasional (Q=CIA, Q=debit masuk, C=koefisien aliran (jenis atap rumah), I=intensitas
hujan, A=luas atap)
2.Menghitung
kedalaman sumur optimum diformulakan sebagai berikut:
H = Q/FK
[1-exp(-(FKT/pR2)]
H = Kedalaman air (m)
Q = Debit masuk (m3/dt)
F = Faktor geometrik (m)
K = Permeabilitas tanah (m/dt)
R = Radius sumur.
T = Durasi aliran (dt).
3.Evaluasi
jenis fungsi dan pola letak sumur pada jarak saling pengaruh guna menentukan
kedalaman terkoreksi dengan menggunakan multi well system.
Sebagai gambaran bagi kita jika akan membangun suatu
sumur resapan akan tetapi tidak ingin direpotkan oleh perhitungan yang cukuo
merepotkan maka Tabel 1 dapat digunakan sebagai bahan acuan.
Tabel 1. Volume
Sumur Resapan Pada Kondisi Tanah Permeabilitas Rendah
No.
|
Luas
|
Kavling (M2)
|
Volume Resapan Ada Saluran Drainase Sebagai
Pelimpahan=V1 (M3)
|
1
|
50
|
1,3-2,1
|
2,1-4
|
2
|
100
|
2,6-4,1
|
4,1-7,9
|
3
|
150
|
3,9-6,2
|
6,2-11,9
|
4
|
200
|
5,2-8,2
|
8,2-15,8
|
5
|
300
|
7,8-12,3
|
12,3-23,4
|
6
|
400
|
10,4-16,4
|
16,4-31,6
|
7
|
500
|
13-20,5
|
20,5-39,6
|
8
|
600
|
15,6-24,6
|
24,6-47,4
|
9
|
700
|
18,2-28,7
|
28,7-55,3
|
10
|
800
|
20,8-32,8
|
32,8-63,2
|
11
|
900
|
23,4-36,8
|
36,8-71,1
|
12
|
1000
|
26-41
|
41-79
|
Peralatan
Alat yang
digunakan untuk membuat sumur resapan adalah :
1
Peralatan
pertukangan seperti tukang batu dan tukang kayu.
2
Alat
ukur ( meteran)
3
Kayu/bambu
Cara Pembuatan
Tahap-tahap
pembuatan sumur resapan adalah :
1.Persiapan awal berupa penyiapan
lahan dan bahan.
2.Penggalian baik untuk sumur itu
sendiri maupun jaringan yang baerasal dari atap rumah.
3.Pemasangan meliputi pemasangan
bis beton atau batu bata dan pemasangan jaringan dari rumah ke rumah.
Pemasangan
sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud sumur
resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah,
sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk
lebih dari satu rumah.
Letak sumur resapan untuk yang model tunggal
biasanya di halaman rumah sedang yang model komunal dapat dipasang di bahu
jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar