Jumat, 22 Februari 2013

Tembaga


Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprun dilambangkan dengan Cu, logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom 2g menempati golongan IB dan periode 4 dan mempunyai bobot atau berat atom 63,546.
            Unsur tembaga dialam dapat dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3¯, CuOH¯ dan lain sebagainya.
Sumber Cu
Untuk dpat masuk kedalam suatu tatanan lingkungan Cu (Tembaga) dapat masuk melalui bermacam-macam jalur dan dari bermacam-macam sumber. Secara global sumber masuknya unsur logam Cu dalam tatanan lingkungan adalah secara alamiah dan non alamiah.
Secara alamiah Cu dapat masuk kedalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari berbagai peristiwa alam. Unsur ini dapat bersumber dari peristiwa pengikisan (erosi) dari batuan mineral. Sumber lain adalah debu-debu dan atau partikulat-partikulat Cu yang ada dalam lapisan udara yang dibawa turun oleh air hujan. Dalam badan perairan laut diperkirakan proses alamiah ini memasok Cu sebesar 325.000 ton /tahun. Melalui jalur non-alamiah, Cu masuk kedalam suatu tatanan lingkungan sebagai kaibat dari aktivitas manusia. Jalur dari aktivitas manusia ini untuk memasukan Cu kedalam tatanan lingkungan ada bermacam – macam pula. Sebagai contoh adalah buangan industri yang memakai Cu dalam proses produksinya, industri galangan kapal karena digunakannya Cu sebagai campuran bahan pengawet, industri pengelolaan kayu, buanga rumah tangga dan lain sebagainya.

 Sifat da kegunaannya.
            Secara kimia, senyawa – senyawa dibentuk oleh logam Cu (Tembaga) mempunyai bilangan valensi +1 & +2. Berdasarkan pada bilangan valensi yang dibawanya, logam Cu diamakan pula cuppro untuk yang bervalensi +1 dan cuppri untuk yang bervalensi +2.
            Logam Cu dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat (H2SO4) panas dan dalam   larutan basa NH4OH, senyawa CuO dapat larut dalam NH4CL dan KCN.
            Secara fisika, logam Cu (Tembaga) digolonglan kedalam kelompok logam – logam penghantar listrik yan baik. Cu penghantar listrik terbaik setelah perak (Argentum Ag) karena itu, logam Cu banyak digunakan dalam bidang elektronika atau perlistrikan.
            Logam Tembaga berwarna merah muda seperti granit, tidak mudah mengalami korosi, dapat menghantarkan listrik dan panas yang baik, tembaga murni sudah dibentuk dan digulung seperti lembaran, dibuat menjadi tipis.
Tabel 2.2.2. Sifat-sifat Tembaga (Cu)
Sifat
Tembaga (Cu)
Konfigurasi elektron
( Ar) 3d¹º45²
Jari – jari atom, (pm)
128
Energi Ionisasi, (kj / mol)
754
Potensial Elektrode,
(U)
M+(aq) + eˉ → Mep )
+ 0,522
M²+(aq) + 2eˉ→ Mep )
+ 0,337
M³+ (aq) + 3eˉ→ Mep )
+ 0,337
Bilangan oksidasi
+ 1 + 2
( Petrucci, 1993 )
Tembaga adalah unsur yang penting dalam industri listerik karena sifat konduksinya yang sangat baik. Unsur ini bercampur dengan timah membentuk alloy perunggu (bronte), suatu aliase yang keras dan kuat. Dalam bidang industri lainnya, senyawa Cu banyak digunakan sebagai pembuat cat antifoling, industri insektisida dan fungisida (Petrucci, 1993)
CuO banyak digunakan sebagai katalis, baterai, elektroda, penarik sulfur atau belerang dan sebagai pigmen serata pencegah pertumbuhan lumut. Turunnya senyawa-senyawa Cu karbonat, banyak digunakan sebagai pigmen, insektisida, fungisida dan pewarna kuningan. Senyawa Cu klorida banyak digunakan dalam bidang metalurgi, fotografi, pemurnian air dan aditif bahan makanan. Selain itu, senyawa tembaga sulfat juga banyak digunakan dalam bidang pertanian, peternakan, industri petroliun dan lain – alain.

Cu dalam lingkungan
Tembaga yang masuk kedalam tatanan lingkungan perairan dapat berasal dari peristiwa – peristiwa alamiah dan sebgai efek samping dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Dalam kodisi normal keberadaan Cu dalam perairan ditemukan dalam bentuk senyawa ion CuCO³ˉ, CuOHˉ, biasanya jumlah Cu yang terlarut dalam badan perairan laut adalah 0,002 ppm – 0,005 ppm. Bila dalam perairan laut terjadi peningkatan kelarutan Cu, sehingga melebihi nilai ambang batas yang seharusnya, maka akan terjadi peristiwa “biomagnifikasi” terhadap biotaperairan. Peristiwa biomagnifikasi ini akan dapat ditunjukan melalui akumulasi Cu dalam tubuh biota perairan tersebut. Akumulasi dapat terjadi sebgai akibat dari telah terjadinya konsumsi Cu dalam jumlah berlebihan, sehingga tak mampu dimetabolisme oleh tubuh.

Keracunan Cu.
Bentuk tembaga yang paling beracun adalah debu – debu Cu yang dapat yang dapat mengakibatkan kematian pada dosis 3,5 mg / kg. Sumber – sumber dari keberadaan debu atau uap Cu diudara sangat banayak. Namun yang terpenting diantaranya adalah yang berasal dari industri peleburan biji Cu dan penegelasan logam-logam yang mengandung Cu.
Tembaga (Cu) bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan diatas 0,1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum tidak lebih dari 1 ppm, bersifat racun pada domba pada konsentrasi diatas 20 ppm.
Keberadaan Cu dilingkungan perlu mendapat perhatian, mengingat kecilnya batas konsentrasi yang di ijinkan. Berdasarkan keputusan Menteri Negara KLH Kep.02/Men.KLH/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, keberadaan Cu dalam lingkungan diharapkan nihi, sedangkan batas maksimal yang diperbolehkan adalah 1 ppm. Mengingat kecilnya batas konsentrasi yang diperbolehkan dan pengaruh dari toksisitas logam berat Cu, maka diperlukan adanya metode analisis yang memiliki ketelitian dan ketepatan tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar