Jumat, 01 Februari 2013

Perubahan Nusa Tenggara Timur



NTT bisa berubah jika rakyatnya juga mau berubah
Sekedar berbagi, ambil salah satu masalah “SOFTSKILL “,
Softskill merupakan kemampuan seseorang yang berhubungan dengan karakter seseorang. Baik dalam hal perilaku dan kebiasaannya dalam masyarakat. Meliputi kemampuan bergaul, mengemukakan pendapat, merumuskan dan memutuskan suatu masalah, serta menentukan tujuan hidupnya, untuk mengarahkannya kepada kebaikan, meliputi pemahaman terhadap etika profesi.
Indonesia memiliki peringkat soft skills yang rendah di dunia dan kenyataan yang labih pahit lagi Provinsi NTT mendapat urutan akhir di indonesia. Untuk membuktikan hal tersebut, mari kita tengok melalui pengalaman dalam bidang bisnis misalnya, tentang metode pelayanan dalam bisnis di NTT. Rata-rata hanya pebisnis yang berasal dari luar NTT sajalah yangg selalu memperhatikan tentang kualitas pelayanan perusahaannya, entah yang berada di kelas bawah hingga bisnis yang berada pada kelas atas. Hal yang membuat saya membenarkan tentang peringkat softskill yang diberian pada NTT adalah pengalaman saat membeli sebatang rokok, pelayanan yang diberikan sangat buruk, apabila pelayannya adalah orang NTT.  Apa bedanya dengan orang berasal dari luar wilayah NTT? Mereka akan tersenyum dan berusaha seramah mungkin untuk melayani pembeli, walaupun pembelinya memberi kesan pertama yang buruk.
Hal yang terjadi di atas, menurut hasil diskusi saya dengan beberapa pihak adalah sudah menjadi hal yang lumrah untuk orang-orang yang berasal dari tengah hingga timur Indonesia, ini sudah melekat pada kultur budayanya, dialek dan aksen bahasanya yang terkesan kasar, sehingga menjadikan orang yang berasal dari tengah hingga timur Indonesia tidak sadar membawanya pada tindakan dan perilaku masing-masing dalam kehidupan hariannya. Tapi apabila ditelusuri lebih lanjut, maka rendahnya peringkat softskill di NTT sbenarnya sedikit sekali berhubungan dengan kebudayaan NTT, melainkan pada rendahnya kualitas suber daya manusia di NTT, sehingga dalam menyelesaikan suatu hal dalam setiap tindakan orang di NTT tidak akan memperhatikan tentang proses melainkan hanya tujuan yang dipikirkannya.
Kembali lagi dalam hal berbisnis, terdapat beberapa contoh kasus yang real adalah saat terjadi proses tawar menawar, banyak penjual di NTT bisa spontan marah apabila barang yang dijualnya terlalu ditawar-tawar oleh pembeli, proses pelayanan sosial yang tidak diperhatikan ini sangat tidak diperhitungkan di kalangan masyarakat kelas bawah, yang dipikirkannya adalah hari ini dia harus mendapatkan untung yang besar, tidak peduli pembeli akan merasa tersinggung atau tidak. Si penjual tidak pernah memperhitungkan  apabila si pembeli merasa pelayanannya buruk, maka akan ada kemungkinan besar sang pembeli tak kan kembali lagi padanya. Padahal dalam teori bisnis akan mengenai loyalitas konsumen harus lebih diperhatikan karena akan lebih mahal mencari konsumen yang baru dibandingkan mempertahankan konsumen yang sudah ada.
Apabila nilai-nilai real dari ssoftskills tidak ditanamkan sejak dini di NTT, maka akan sangat kecil kemungkinan NTT bisa lebih berkembang menjadi lebih baik. Ini merupakan salah satu masalah kecil dari sekian banyak masalah yang ada. Jika kita ingin NTT berubah, belajarlah mulai sekarang “merubah dari diri, membangun dari rumah”. Sekian dan Terima Kasih


Tidak ada komentar:

Posting Komentar