Sabtu, 23 Februari 2013

Kebisingan


Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan
Kualitas dan kuantitas suara ditentukan antara lain oleh intensitas (loudness), frekuensi, periodesitas (kontinyu atau terputus) dan durasinya. Faktor-faktor tersebut juga ikut mempengaruhi dampak suatu kebisingan terhadap kesehatan.
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada indera pendengaran antara lain trauma akustik, ketulian sementara, hingga ketulian permanen. Trauma akustik adalah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh pemaparan tungal akibat intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Ketulian sementara merupakan gangguan pendengaran yang sifatnya sementara, daya dengar mampu pulih kembali berkisar dari beberapa menit sampai beberapa hari (3-10 hari). Jika seseorang terpapar pada suara di atas nilai kritis tertentu kemudian dipindahkan dari sumber suara tersebut, maka nilai ambang pendengaran orang tersebut akan meningkat; dengan kata lain, pendengaran orang tersebut berkurang. Jika pendengaran kembali normal dalam waktu singkat, maka pergeseran nilai ambang ini terjadi sementara. Fenomena ini dinamakan kelelahan auditorik.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan manusia baik secara fisik maupun psikologis. Pada tahun 1993, WHO mengakui efek kesehatan penduduk yang berasal dari kebisingan, antara lain ketergangguan pola tidur, kardiovaskuler, sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan pendengaran. Kebisingan juga berpengaruh negatif dalam komunikasi, produktivitas dan perilaku sosial.
Efek psikologis akibat kebisingan termasuk hipertensi, takikardia, peningkatan pelepasan kortisol dan stres fisiologis meningkat. Efek psikologis dari kebisingan biasanya tidak terlihat dengan baik dan sering diabaikan. Penelitian di Amerika Serikat dan  di New Zealand menyatakan bahwa kebisingan dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Penelitian di Netherlands membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara prevalensi efek kebisingan terhadap kesehatan seseorang dengan intensitas kebisingan.
Respon masyarakat terhadap sumber bising tergantung dari:
1. Bagaimana variasi bising setiap waktu termasuk jenis bising. Hal ini berhubungan dengan kebisingan yang tetap (steady noise) tidak terlalu mengganggu seperti bising yang bervariasi keras suaranya atau bising jalan raya yang intermiten, dan waktu yang sedikit sumber bising mengeluarkan tingkat bising yang tinggi sedikit pengaruhnya terhadap masyarakat.
2. Waktu terjadinya bising Bising yang terjadi pada malam hari di permukiman akan mengganggu tidur.
3. Lokasi dari sumber bising. Berkaitan penggunaan lahan yang sensitif terhadap bising. Faktor yang menentukan dampak bising adalah berapa keras dan berapa lama paparan bising yang akan sampai pada penduduk sekitar.

Sumber kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, maka kebisingan juga dijadikan dalam skala kualitas lingkungan, sehingga dalam pembangunan suatu industri apa pun, pengukuran nilai kebisingan perlu dilakukan
Pengukuran Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan mengacu pada KEP-48/MENLH/11/ 1996 dan menggunakan Sound Level Meter, yang diukur adalah tingkat tekanan bunyi dBA selama 5 menit untuk setiap pengukuran. Pembacaan dilakukan selama 5 detik. Waktu pengukuran dilakukan selama 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari dengan tingkat aktivitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) dan aktivitas malam hari selama 8 jam (LM).

Metode Penghitungan dan  Analisis Data
Pernyataan tingkat kebisingan siang malam merupakan model tingkat kebisingan ekivalen yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan, terutama di daerah permukiman. Pengukurannya dilakukan  selama 24 jam. Model matematisnya:

 
  
dimana Lsm = tingkat kebisingan siang-malam (dBA); Lek = tingkat kebisingan ekivalen.

Hasil perhitungan tingkat kebisingan siang malam secara matematis tersebut dibandingkan dengan Baku Tingkat Kebisingan berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996 dan KEP-51/MENAKER/1999. Analisis kebisingan lingkungan dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan Baku Tingkat Kebisingan Lingkungan menurut Kep-48/MENLH/11/1996 untuk kawasan pemukiman ditetapkan sebesar  (55 ± 3) dBA, sedangkan di lingkungan pekerja pabrik menggunakan KEP-51/MENAKER/1999 dengan nilai ambang baku tingkat kebisingan 85 dBA selama 8 jam per hari. Skala kualitas lingkungan untuk pemukiman, perkantoran dan sekolah, ditunjukkan pada Tabel 1 dan skala kualitas lingkungan untuk pekerja di dalam pabrik, ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Skala Kualitas Lingkungan Tingkat Kebisingan Untuk Permukiman, Perkantoran, Sekolahan

No
Tingkat Kebisingan (dBA)
Skala Kualitas
1
< 50.0
5
Sangat Baik
2
50.0 – 55.0
4
Baik
3
55.1 – 58.0
3
Sedang
4
58.1 – 60.0
2
Buruk
5
> 60.0
1
Sangat Buruk
Sumber: Fandeli (2007).

Tabel 2. Skala Kualitas Lingkungan Pekerja di dalam Pabrik

No
Tingkat Kebisingan (dBA)
Skala Kualitas
1
< 70
5
Sangat Baik
2
70.1 – 75
4
Baik
3
75.1 – 80
3
Sedang
4
80.1 – 85
2
Buruk
5
> 85
1
Sangat Buruk
Sumber: Fandeli (2007).

Metode Prediksi Kebisingan
a.      Prediksi  Sumber Titik
Seringkali sound power level dari sumber kebisingan tidak diketahui tingkat kebisingan pada suatu jarak tertentu dari sumber kebisingan diketahui. Persamaan yang dipergunakan untuk prediksi kebisingan dengan kondisi tersebut adalah:

L2 = L1 - 20 log (r2 / r1) dBA
dimana:
L2 = tingkat kebisingan pada jarak r2 dari sumber (dBA)
L1 = tingkat kebisingan pada jarak r1 dari sumber (dBA)

Jika kebisingan berasal dari dua buah sumber yang sama tingkat kebisingannya (L1=L2) maka tingkat kebisingannya adalah :

Ltot = (L1 + 3) dBA

Jika kebisingan dari n buah sumber yang sama L1= L2=L3 L4=Ln maka tingkat  kebisingan totalnya adalah:
Ltot =  (L1 + 10 log n) dBA
Jika kebisingan berasal dari n buah sumber yang tidak sama tingkat kebisingannya, maka tingkat kebisingan totalnya adalah:
Ltot
b.      Prediksi Sumber Bergerak
Model matematis yang dipergunakan untuk memprediksi sumber kebisingan garis (bergerak) disajikan dalam persamaan :
L2 = L1 - 10 log (r2 / r1) dBA
dimana:
 L2 = tingkat kebisingan pada jarak r2 dan sumber (dBA)
 L1 = tingkat kebisingan pada jarak r1 dan sumber (dBA)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar