Jumat, 25 Januari 2013

Dongeng Kecil tentang Pertanian di salah satu Pulau di NTT



SEKEDAR BERBAGI CERITA.. BERDASARKAN KISAH NYATA...
Contoh kecil mengapa sulit mewujudkan pemerataan kesejahteraan jika tak ada gebarakan lain,,,
Beberapa waktu lalu, berdasarkan Surat Rekomendasi Gubernur NTT Ek.520/418/V/2011, sehinga Bupati Rote Ndao pun langsung menanggapinya dan segera mengeluarkan SK Bupati Rote Ndao No 109/KEP/HK/2011 tentang Pemberian Ijin Untuk Pembangunan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Kepada PT. Bumi Agro Indoco untuk “Lahan Tidur” seluas 5.024, 59 ha, yang dimana dibagi menjadi 4 blok wilayah, yaitu Rote Timur dan Pantai Baru seluas 3.552,82 ha; Rote Barat Laut seluas 705,02 ha;dan Rote Barat Daya 765, 75 ha. Semua pihak pun menyambut dengan gembira hal itu, bagaimana tidak? Lahan yang begtu luasnya dibiarkan terlantar karena keterbatasan kemampuan dalam banyak “hal” untuk mengelolanya, dari masalah pajak, tenaga, SDM dan hal lainnya.. mw dikelola dengan baik (ditanami jagung dan kentang)
Dalam langkah selanjutnya, dilakukanlah berbagai uji untuk menyatakan bahwa pembangunan Usaha yang menjanjikan tersebut dapat dianggap layak dan didatangkanlah berbagai ahli dari Pemerintahan, IPB, UNWIRA, UNDANA dan lainnya. Berdasarkan kajian langsung di lapangan, serta berbagai uji “Lingkungan” yang sangat panjang,, muncul beberapa temuan, sehingga timbullah berbagai macam pertanyaan..seperti,
Jika terjadi pembukaan lahan yang besar dalam sebuah bentangan,, apa yang terjadi dengan keseimbangan ekologis??? Dimana yang tadinya terdiri dari berbagai jenis flora dan fauna, yang diketahui jalanya rantai makanan normal dsitu, kemudian diganti dengan satu atau dua jenis tanaman saja??? Karena ada ketakutan pengrusakan ekosistem alami seperti itu dapat berakibat terjadinya serangan hama ulat bulu seperti yang di Pulau Jawa,,
Bagaimana dengan kesetimbangan daur hara??? Bukankah semua tau bahwa jenis tanaman yang akan ditanam merupakan tanaman akar serabut dan diketahui merupakan tanaman yang “rakus” akan hara tanah?? Bagaimana dengan limbah Organik yang akan dihasilkan saat panen nanti?? Jika jagung limbahnya juga mw dikemanakan?? Penggunaan pupuk, tentu jika ingin mngejar hasil tentu pupuk kimia??? Akan terjadi degradasi lahan tentunya,,Untuk lahan sebesar itu darimana kita akan mendapatkan air??karena tidak mungkin usaha ini hanya akan dijalankan pada saat musim hujan  kan??? Walaupun Rote merupakan “Pulau Seribu Danau”, karena diketahui topografi P. Rote didominasi oleh topografi yang halus dengan jenis tanah alluvial (Tanah sawah), mengharuskan terbentuknya genangan-genangan air yang bisa dimanfaatkan.. tp bagaimana bila terjadi konflik apabila air tersebut akan digunakan sebagai alasan untuk memeras perusahaan atau sebaliknya??? Karena selama ini sudah berpuluh-puluh tahun masyarakat menggunakannya untuk mengairi sawah mereka,  memberi minum ternak mereka dan lain sebagainya,, adakah solusi yang lebih real utk mencegahnya??? Solum/Lapisan tanah di Rote diketahui sangat tipis (1-2 m), apa upaya utk mncegah erosi??? Karena walaupun dengan keadaan topografi yang demikian, tetapi apabila vegetasi aslinya telah “dirusak” hal tersebut pasti “bisa“ saja terjadi..Bagaimana dengan status kepemilikan lahan tidur itu nantinya???Tetap menjadi lahan masyarakat atau perusahaan??? Karena setelah ini perusahaan sebagai pengelola dan yang akan membayar pajak... apalagi tidak mungkin perusahaan itu berinvestasi hanya untuk 1 atau 2 tahun,,pastilah utk waktu yang sangat lama...
Maka, melalui IPTEK ditawarkanlah beberapa solusi..antara lain.. jenis flora yang ditemukan lebih banyak hanya rerumputan dan pohon kabesak hitam,,, yang lainnya ada tapi sedkit sekali,, fauna yang ditemukan juga tidak beda jauh dari yang ada di daratan Timor, sehingga solusi yang ditawarkan adalah dari teknik pembukan lahannya tidak boleh serentak dan besar-besaran tapi dibuat tahap demi tahap, sehingga memberi kesempatan agar “Alam” bisa mnyesuaikan dan membenahi dirinya.. sehingga dampak perubahan Ekologis yang terjadi tidak perlu terlalu dirasakan...Keseimbangan daur hara akan dikelola melalui limbah organik yang dihasilkan, karena sebgaimna diketahui pupuk organik dpat mngatasi msalah degaradasi tanah, untuk mncegah erosi ditempuh dengan cara lama, yaitu membagi lahan tersebut dalam petak-petak dan di pinggirannya akan ditanami pohon, serta akan mnggunakan sistem terasering pada lahan yang “miring”..
Masalah air?? Pembuatan Waduk lain??? Karena diketahui rote termasuk daerah beriklim kering,, curah hujan dan keadaan topografinya halangan utama,,serta tanah itu masih milik masyarakat...desalinasi (mngubah air laut mnjdi air tawar)?? Mahal.., tp melalui uji geolistrik, keberadaan air tanahnya dangkal...maka penggunaan sumur bor merupakan alternatif terakhir...spya tdk perlu lagi ada masalah...
Dan mengenai lahan, orang rote akan lebih makmur, karena sistem kerja sama yang digunakan adalah sistem plasma...Perusahaan hanya menyediakan segala sarana dan prasarana dan masyarakat yang mengelolanya dengan ketentuan hasil garapannya dijual kembali ke perusahaan dengan harga yang di atur dalam peraturan yang berlaku...dan semua itu dibuat dalam bentuk kesepakatan kerja sama yang bisa dikatakan “wow”, maklumlah..orang Rote juga dikenal dengan “Otak kirinya”, sehingga Pemerintah pun tak berani mengambil resiko jika suatu saat ada masalah.
Maka apabila dilihat “sepintas saja”, mantaplah sudah semuanya...
Ternyata eh ternyata,,
Walaupun mantap,, menurut cerita ahli-ahli tersebut.. Lahannya sangat besar,,butuh brapa bnyak sumur bor??? Apalagi penggunaan sumur bor dalam skala besar menurut beberapa ahli akan menguras ketersediaan air tanah, sehingga efek buruk yang paling kecil dapat dirasakan adalah kekeringan lokal atau intrusi air laut.. walaupun banyak teknologi penggunaan sumur bor untuk mncegahnya tapi dengan membandingkan curah hujan, luasan wilayah pulau rote, dengan daerah tangkapan airnya,, maka hal itu akan sulit untuk dikelola... sehingga usaha tersebut itu pun sementara dipending...sampai ada teknologi baru untuk mngelolanya... Kira-kira sampai kapaan???
Cerita ini saya tulis disini,, hanya semata-mata sebagai salah satu contoh sederhana agar dapat membuat kita lebih bijak melihat potensi mana yang sebaiknya didorong dari masing-masing daerah..
Sekian dan terima kasih,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar