PENGERTIAN
Ekosistem merupakan kesatuan dari
komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi, sehingga terjadi
hubungan timbal balik di dalamnya. Setiap komponen abiotik disintesis menjadi
sebuah bahan organik di dalam tubuh komponen biotik. Materi abiotik yang merupakan unsur-unsur penyusun bahan organik di dalam tubuh suatu komponen biotik tidak hilang apabila
komponen biotik tersebut mati, melainkan didaur-ulang kembali melalui beberapa proses reaksi
biologis dan reaksi geo-fisik-kimia secara alamiah. Karena
itulah maka proses ini disebut siklus biogeokimia atau biasa disebut juga siklus
organik-anorganik.
Siklus biogeokimia yang terjadi di
alam dapat berupa silkus hidrologi/air, siklus oksigen dan karbon, siklus
nitrogen, dan siklus materi (mineral) yang berupa unsur-unsur hara.
SIKLUS HIDROLOGI
Air (H2O)
merupakan sumber daya terbatas, padahal air diperlukan mutlak untuk mendukung
keterlanjutan kehidupan di bumi dan juga sangat penting bagi semua sektor sosio-ekonomi. Dari seluruh jumlah air yang
ada di bumi sebanyak 1360 juta km3, hanya 0.3251%v yang bersifat
tawar berupa air sungai, air danau, air tanah, dan air bumi sampai jeluk 800 m,
sedangkan 97,2%v berupa air laut dan sisanya 2,15%v berada dalam bentuk
selubung es dan gletser.
Salah satu fenomena yang berkaitan dengan air di
seluruh bumi dan dipelajari dalam kajian ilmu pengetahuan adalah siklus
hidrologi siklus hidrologi. Siklus hidrologi merupakan perputaran air di atmosfer dengan
perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan
bahwa volume air di permukaan bumi sifatnya tetap. Meskipun tetap dengan
perubahan iklim dan cuaca mengakibatkan volume air dalam bentuk tertentu berubah,
tetapi secara keseluruhan volume air adalah tetap. Siklus air secara alami berlangsung cukup panjang dan cukup lama.
Sulit untuk menghitung secara tepat berapa lama air menjalani siklusnya, karena
sangat tergantung pada kondisi geografis, pemanfaatan oleh manusia dan sejumlah
faktor lain.
Siklus air atau siklus hidrologi melewati beberapa proses secara umum, yakni evaporasi,
transpirasi, kondensasi dan presipitasi.
Evaporasi
Ketika air dipanaskan oleh sinar
matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan
ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap
air yang tidak terlihat di atmosfir.
Sekitar 95.000 mil kubik air
menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari
lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, seperti: danau, sungai, dan lahan yang basah lainnya.
Transpirasi (penguapan dari tumbuhan)
Uap air juga dikeluarkan dari
daun-daun tumbuhan melalui sebuah proses yang dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif
melepaskan uap air 5 sampai 10 kali dari banyak air yang dapat ditahannya.
Kondensasi
Ketika uap air menguap, melalui arus udara/angin awan-awan
itu berkumpul di suatu tempat, lalu kemudian akibat tekanan udara terjadi
peubahan suhu yang mengakibatkan awan tersebut berkondensasi atau menjadi jenuh
air dan dapat turun sebagai hujan (Presipitasi)
Presipitasi
Presipitasi merupakan pembentukan
hujan, salju dan hujan batu (hail), yang bergantung pada suhu di sekitarnya.
Pada perjalanan menuju bumi
beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda:
·
Evaporasi/transpirasi - Air yang
ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke
angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air
(awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
·
Infiltrasi/Perkolasi ke dalam
tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan
batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga
air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
·
Air Permukaan - Air bergerak
diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan
dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran
permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai
bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air
permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Macam-Macam
dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi :
A. Siklus Pendek / Siklus Kecil
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
3. Turun hujan di permukaan laut
B. Siklus Sedang
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi
3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4. Pembentukan awan
5. Turun hujan di permukaan daratan
6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
C. Siklus Panjang / Siklus Besar
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Uap air mengalami sublimasi
3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es
4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
5. Pembentukan awan
6. Turun salju
7. Pembentukan gletser
8. Gletser mencair membentuk aliran sungai
9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
SIKLUS KARBON
Di atmosfer terdapat kandungan Karbon
(C) sebanyak 0.03% dalam bentuk gas Karbon dioksida (CO2). Karbon
dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun
langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78°C. Dalam bentuk padat,
karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering.
Dalam biosfer terdapat sekitar
1900GtC gas karbon dioksida dan oksigen. Karbon adalah bagian yang penting
dalam menunjang kehidupan di bumi, karena karbon berperan dalam strutur
biokimia dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Proses-proses perpindahan
karbon di biosfer sama dengan proses perpindahan karbon di atmosfer, karena
semua proses yang terjadi di atmosfer harus melalui biosfer terlebih
dahulu.
Siklus karbon terjadi dimana karbon
dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi (objek
astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun
hingga kini belum diketahui).
Karbon dapat diambil dari atmosfer dengan berbagai
cara, antara lain:
1.
Melalui
proses fotosintesis
Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan
fotosintesis untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan
oksigen ke atmosfer. Karbon pada proses ini akan banyak di serap oleh tumbuhan
yang baru saja tumbuh atau pepohonan pada hutan yang sedang di reboisasi
sehingga membutuhkan pertumbuhan yang cepat.
12H2O
+ 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa)
+ 6O2 + 6H2O
2.
Melalui sirkulasi
termohalin
Pada permukaan laut di daerah kutub, air laut menjadi
lebih dingin dan karbondioksida lebih mudah larut dalam air. Karbondioksida
yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa
air di permukaan yang lebih berat menuju ke dalam laut. Di laut bagian atas,
pada daerah yang poduktivitasnya tinggi organisme membentuk cangkang karbonat
dengan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini menyebabkan aliran
karbon menuju ke bawah.
3.
Melalui
pelapukan batu silikat
Proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir
yang siap untuk kembali ke atmosfer seperti dua proses sebelumnya. Pelapukan
batuan silikat tidak memilki efek yang terlalu besar terhadap karbondioksida
pada atmosfer karena ion karbonat pada atmosfer yang terbentuk terbawa oleh air
laut dan selanjutnya akan dipakai untuk membuat karbonat laut.
Karbon dapat kembali lagi ke atmosfer dengan beragai
cara pula antara lain:
1.
Melalui
respirasi tumbuhan dan binatang
Proses ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk
juga penguraian glukosa menjadi karbohidrat dan air.
2.
Melalui
pembusukan, tumbuhan, dan binatang
Jamur dan bakteri menguraikan senyawa karbon pada
tumbuhan dan binatang yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida
jika tersedia aksigen atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen
3.
Melalui
pembakaran material organik
Proses ini berlangsung dengan cara mengoksidasi karbon
yang terkandung pada material organik menjadi karbondioksida. Pembakaran bahan
bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam akan melepaskan karbon
yang tersimpan di dalam geosfer, sehingga menyebabkan kadar karbon dioksida di
atmosfer semakin bertambah.
4.
Melalui
produksi semen
Salah satu komponen semen yaitu kapur atau kalium
oksida dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur yang akan menghasilkan
karbon dioksida dalam jumlah banyak.
5.
Melalui
erupsi vulkanik
Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan
melepasakan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon
dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer hampir
sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan
batuan silikat.
6.
Melalui
pemanasan permukaan laut
Di permukaan laut, ketika air laut menjadi lebih
hangat, karbon dioksida yang larut dalam air akan dilepas ke atmosfer sebagai
uap air.
Lautan mengadung kolam aktif karbon
terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini
mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer. Laut mengandung sekitar 36000
GtC ion karbonat yang merupakan kandungan umum. Karbon anorganik, yaitu senyawa
karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam
reaksi yang terjadi pada air. Di ekosistem air, pertukaran CO2
dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan
dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat.
Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri
mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air
berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat
dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air.
Proses pertukaran karbon antara
atmosfer dengan lautan diawali dengan pelepasan karbon ke atmosfer yang terjadi
di daerah upwelling (lautan bagian atas), kemudian pada
daerah downwelling (laut bagian bawah), karbon berpindah dari
atmosfer kembali ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam
karbonat terbentuk dengan reaksi kimia:
CO2 + H2O → H2CO3
Reaksi tersebut memiliki sifat dua arah untuk
mencapai suatu kesetimbangan kimia. Reaksi lain yang penting dalam mengontrol
nilai pH larutan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat, dimana dapat
menyebabkan perubahan yang besar pada pH, yaitu:
H2CO3 H+ +
HCO3-
Terdapat lebih banyak persenyawaan
karbon yang dikenal daripada persenyawaan unsur lain kecuali hidrogen.
Kebanyakan dikenal sebagai zat-zat kimia organik. Keistimewaan karbon yang unik
adalah kecenderungannya secara alamiah mengikat dirinya sendiri dalam
rantai-rantai atau cincin-cincin, tidak hanya dengan ikatan tunggal, C-C,
tetapi juga mengandung ikatan ganda, C=C atau C≡C.
SIKLUS OKSIGEN
Semua kelompok
molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein, karbohidrat dan lemak, mengandung
oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang,
gigi dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2
digunakan pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup.
Gas oksigen menduduki 21,0% volume dan 23,1% massa (sekitar 1015
ton) atmosfer. Bumi memiliki ketidaklaziman pada atmosfernya dibandingkan
planet-planet lainnya dalam sistem
tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas oksigen yang tinggi di
atmosfernya. Namun, O2 yang berada di
planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet yang
menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon
dioksida. Konsentrasi gas oksigen di Bumi yang tidak lazim ini merupakan
akibat dari siklus oksigen. Siklus biogeokimia ini
menjelaskan pergerakan oksigen di dalam dan di antara tiga reservoir utama
bumi: atmosfer, biosfer
dan litosfer.
Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini adalah fotosintesis.
Fotosintesis melepaskan oksigen ke atmosfer, manakala respirasi dan
proses pembusukan
menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan kesetimbangan,
laju produksi dan konsumsi oksigen adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen
yang ada di atmosfer setiap tahunnya.
Oksigen bebas
juga terdapat dalam air sebagai larutan. Peningkatan kelarutan O2 pada temperatur yang rendah memiliki implikasi
yang besar pada kehidupan laut. Lautan di sekitar kutub bumi dapat menyokong
kehidupan laut yang lebih banyak oleh karena kandungan oksigen yang lebih
tinggi. Air yang terkena polusi dapat
mengurangi jumlah O2 dalam air tersebut.
Para ilmuwan menaksir kualitas air dengan mengukur kebutuhan
oksigen biologis
atau jumlah O2 yang diperlukan untuk
mengembalikan konsentrasi oksigen dalam air itu seperti semula.
Oksigen
secara cepat bersenyawa, membentuk oksida-oksida, seperti dengan karbon dalam
respirasi aerobik atau dengan karbon dan hidrogen dalam perubahan bahan bakar
fosil seperti dengan metana.
CH4 + 2O2
→ CO2 + 2H2
Suatu aspek
yang sangat penting dari siklus di stratosfer yaitu proses pembentukan ozon, O3.
Ozon membentuk lapisan tipis di stratosfer yang berfungsi sebagai filter dari
radiasi ultraviolet, dengan demikian dapat menjaga kehidupan di bumi dari
kerusakan yang disebabkan oleh radiasi tersebut.
Siklus
Oksigen disempurnakan atau diakhiri ketika unsur Oksigen masuk kembali ke
atmosfer dalam bentuk gas. Hanya ada satu cara yang signifikan dimana hal
tersebut terjadi, yaitu melalui fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan.
SIKLUS NITROGEN
Nitrogen merupakan unsur terbesar yang terdapat di atmosfer, yaitu ±78% dari
udara. Nitrogen di alam umumnya berupa gas terutama dalam bentuk
sebagai dinitrogen (N2) dan dalam jaringan tubuh organisme dalam bentuk asam amino dan asam
nukleat. Dalam proses kehidupan, tumbuhan sebagai produsen hanya mampu menyerap
nitrogen dalam bentuk ion nitrit (NO3-) dan amonium (NH4+)
dari tanah. Nitrogen
bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh bakteri (contoh:Marsiella crenatta) yang terdapat pada
akar tumbuhan legum, selain itu dapat juga dilakukan oleh beberapa jenis bakteri (Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena
sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen).
Nitrogen yang diikat biasanya akan
dirubah ke dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan
yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit,
yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan
nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri
denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi
nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan
berulang dalam ekosistem.
Nitrogen bebas di udara dalam bentuk N2 dapat dioksidasi oleh
karena pengaruh suhu saat terjadinya proses presipitasi menjadi nitrit (NO3-)
ataupun amonium (NH4+) dan kemudian turun sebagai air
hujan.
SIKLUS FOSFOR
Di alam, fosfor terdapat dalam dua
bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa
fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan
yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat
anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap
di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan
fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik
terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh
akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.
Siklus fosfor, bersifat kritis
karena fosfor secara umum merupakan hara yang terbatas dalam ekosistem. Tidak
ada bentuk gas dari fosfor yang stabil, oleh karena itu siklus fosfor adalah
“endogenik”. Dalam geosfer, fosfor terdapat dalam jumlah besar dalam
mineral-mineral yang sedikit sekali larut seperti hidroksiapilit, garam
kalsium. Adapun gambar dari siklus fosfor adalah sebagai berikut:
Fosfor
terlarut dari mineral-mineral fosfat dan sumber-sumber lainnya, diserap oleh
tanaman dan tergabung dalam asam nukleat yang menyusun material genetik dalam
organisme. Mineralisasi dari biomassa oleh pembusukan/penguraian mikroba
mengembalikan fosfor kepada larutan garamnya yang kemudian dapat mengendap
sebagai bahan mineral. Sejumlah besar dari mineral-mineral fosfat digunakan
sebagai bahan pupuk, industry kimia, dan “food additives”. Fosfor merupakan
salah satu komponen dari senyawa-senyawa sangat toksik, terutama insektisida
organofosfat.
SIKLUS BELERANG
Secara alami, belerang/sulfur terkandung
dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Ada juga yang berasal dari gunung
berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan
kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Dan
melalui proses aerobik tumbuhan
mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ).
Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan.
Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi
sulfat lagi.
Setiap daur
melibatkan unsur organisme untuk membantu menguraikan senyawa-senyawa menjadi
unsur-unsur. Dalam daur belerang misalnya, mikroorganisme yang bertanggung
jawab dalam setiap trasformasi adalah sebagai berikut :
1.
H2S
→ S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2.
SO4
→ H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
3.
H2S
→ SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
4.
S
organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme
heterotrofik aerobik dan anaerobik.
Selain
itu ada beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibro yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk
hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri
fotoautotrof aerob seperti Chromatium
dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh bakteri
kemolitotrof seperti Thiobacillus.